Oleh : Eko P |
Harina Hafidz adalah satu diantara 157 korban tewas kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.
Indonesiainside.id, Jakarta — Keluarga WNI korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines,
Harina Hafidz (60), siap membantu proses identifikasi jenazah. Harina adalah WNI yang tinggal dan bekerja untuk Program Pangan Dunia (WFP) PBB di Roma, Italia selama 20 tahun terakhir.
“Kemarin adik dari ibu Harina Hafidz sudah berada di Roma untuk bergabung dengan suami dan keluarga beliau yang lain, juga untuk membantu proses identifikasi jenazah,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam press briefing di Jakarta, Selasa (12/3).
Hingga saat ini, menurut informasi yang diterima Kemlu dari otoritas Ethiopia, proses identifikasi jenazah belum mulai dilakukan.
Identifikasi jenazah akan dilakukan bersamaan dengan proses investigasi jatuhnya pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 tersebut. Proses investigasi juga akan dibantu oleh pihak Boeing dan Administrasi Penerbangan Sipil Amerika Serikat (FAA).
“Pihak Ethiopian Airlines sudah menyampaikan akan membutuhkan bantuan keluarga untuk memberikan sampel DNA bagi proses post mortem jenazah. KBRI Roma siap mendampingi keluarga dalam proses identifikasi ini,” kata Arrmanatha.
Harina Hafidz adalah satu diantara 157 korban tewas kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines. Selain WNI, daftar kewarganegaraan penumpang yang menjadi korban menurut Ethiopian Airlines yakni Kenya 32 orang, Kanada 18 orang, Ethiopia sembilan orang, China delapan orang, Italia delapan orang, Amerika Serikat delapan orang, Prancis tujuh orang, Inggris tujuh orang, Mesir enam orang, Jerman lima orang, India empat orang, Slovakia empat orang; dan Austria, Rusia, Swedia masing-masing tiga orang; dan warga Spanyol, Israel, Maroko, Polandia masing-masing 2 orang.
Selanjutnya, Indonesia, Belgia, Djibouti, Irlandia, Mozambik, Norwegia, Arab Saudi, Rwanda, Sudan, Somalia, Serbia, Togo, Uganda, Yaman, Nepal, Nigeria, masing-masing satu orang. Selain itu, satu orang terdaftar dengan menggunakan paspor PBB.
Seperti diketahui, peristiwa jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines yang menewaskan seluruh penumpangnya, Minggu (10/3), membawa dampak buruk bagi saham produsen pesawat Amerika, Boeing. Saham Boeing turun hingga 10 persen pada akhir perdagangan.
Pelaku pasar meragukan kelayakan produk pesawat terbaru Boeing 737 MAX series, menyusul dua kecelakaan beruntun yang menewaskan seluruh penumpangnya. Sebelumnya milik Lion Air yang jatuh di perairan Karawang Jawa Barat dan terbaru di Nairobi Kenya, milik Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 penumpang.
Menurut pantauan Reuters, pergerakan saham Boieng hari ini menunjukkan penurunan terbesar selama hampir dua dekade. Padahal saham perusahaan pembuat pesawat ini sempat melonjak tiga kali lipat dan mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun terakhir hingga menembus harga USD 446 persaham.
Jatuhnya kedua pesawat keluaran Boeing dengan jenis yang sama dalam waktu berdekatan, hanya berselang lima bulan, membuat otoritas penerbangan di berbagai belahan dunia mengambil sikap tegas.
Mendahului semuanya, CAAC regulator aviasi Cina langsung memerintahkan semua pesawat Boeing 737 MAX 8 dilarang terbang mulai pagi tadi, Senin(11/3). Zero tolerance bagi Cina atas keselamatan penumpang udara.
Cina adalah konsumen terbesar Boeing 737 Max 8. Terhitung sebanyak 97 pesawat jenis ini dioperasikan oleh maskapai lokal disana.
Menyusul kemudian Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Indonesia juga memutuskan untuk melarang terbang sementara pesawat Boeing 737 MAX 8. Ada tiga belas pesawat, masing-masing 12 dioperasikan maskapai Lion Air dan 1 oleh Garuda Indonesia. (EPJ)