Indonesiainside.id, Jakarta – Pemerintah didesak segera melakukan lockdown untuk mencegah penularan lebih luas virus corona, yang kian hari makin meningkat jumlah penderitanya. Ketua harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, membeberkan empat dampak jika karantina wilayah tak dilakukan.
“Pertama, persebaran Covid-19 akan makin meluas, bukan hanya di Jakarta tapi seluruh Indonesia. Mengingat Jakarta dan Bodetabek adalah epicentrum nasional,” ujar Tulus di Jakarta, Sabtu, (28/3).
Menurut dia, memutus persebaran corona tak cukup hanya imbauan tapi perlu kebijakan yang tegas, dan bahkan perlu sanksi bagi yang melanggarnya.
Dampak kedua, yakni sistem kesehatan nasional akan semakin kedodoran, karena tak mampu menampung lonjakan pasien.
“Apalagi sudah banyak tenaga medis bertumbangan karena terinfeksi Covid-19; 7 (tujuh) orang dokter pun wafat karenanya,” ujar Tulus.
Sistem kesehatan nasional yang selama ini masih ‘jebol’ akan makin berat menanggung jumlah pasien corona yang harus ditanggung.
Dampak ketiga, yakni rumah sakit semakin tak menampung pasien Covid-19. Sudah banyak kasus pasien Covid-19 meninggal dunia di tengah jalan, bahkan saat di ambulans ditolak rumah sakit.
Dikarenakan rumah sakit rujukan tak mampu lagi menampung tingginya pasien Covid-19. Bahkan efeknya banyak pasien dan calon pasien non Covid-19 yang terbengkalai dan akhirnya meninggal dunia, karena tenaga medis di rumah sakit energinya terkuras untuk menghandle pasien Covid-19.
Pemerintah harus mengingat bahwa ventilator yang tersedia di berbagai rumah sakit apakah akan memadai jika jumlah pasien corona membumbung tinggi. Karena bagi pasien infeksi virus corona, ketersediaan ventilator menjadi salah satu faktor vital penyembuhannya.
Dampak keempat, keberadaan tenaga medis juga makin tersudutkan manakala ketersediaan APD (Alat Pelindung Diri) makin terbatas. Tenaga medis tak mungkin merawat pasien Covid-19 tanpa dilindungi dengan APD yang standar, bukan jas hujan.
“Jika tenaga medis tertular karena minimnya APD, maka risikonya: bisa menularkan ke pasien lain, menularkan ke keluarganya, dan tidak bisa menolong pasien. Dan akhirnya korban pasien Covid-19 makin tak terbendung, makin eskalatif,” kata Tulus.(EP)