London, Ibu Kota Inggris, adalah metropolitan di jantung Inggris yang selalu ramai, bergerak, dan warganya tidak kenal lelah. Namun, sejak virus corona menyebar, London terhempas menjadi kota sepi.
Koresponden Indonesiainside.id di London, Rafkha Gibrani, melaporkan, sejak Pemerintah Inggris memutuskan untuk menerapkan aturan total lockdown, London jadi sangat sepi dan lengang. Per Selasa (30/3), kasus virus corona jenis baru atau Covid-19 mencapai angka 20.000 kasus. Pemerintah Inggris menetapkan lockdown selama tiga pekan sejak 23 Maret 2020 lalu, dan masih berlangsung hingga saat ini.
Setelah masa lockdown, akan dievaluasi kembali dan pemerintah setempat akan mengambil keputusan untuk lockdown lanjutan atau mencabut aturan penguncian total itu. Saat lockdown, tentu semua tempat hiburan, restoran, hingga kedai kopi tutup.
Namun, supermarket besar seperti Asda, Aldi, dan The Cooperative, bank serta toko-toko off-licence, tetap buka seperti bias. Bedanya, saat akan masuk ke tempat-tempat tersebut, pelanggan diharuskan antre di luar toko terlebih dahulu.
Beberapa tempat membatasi jumlah orang dalam bangunan atau ruangan. Ada yang membatasi 30 hingga 50 orang dalam bangunan. Pembatasan barang yang dibeli juga diterapkan. Membeli makanan kecil pun dibatasi hanya lima buah per jenis makanan. Hal ini dilakukan untuk mencegah panic buying dan berupaya menerapkan social distancing. Sama halnya dengan bank.

Bank yang pada masa sebelum pandemi buka 8 jam sehari, menjadi hanya 4 jam. Saat berurusan dengan petugas bank, para nasabah diminta menunggu di luar terlebih dahulu untuk mengantre menggunakan mesin ATM dan setor uang.
Sektor keamanan pun terjadi perubahan dari biasanya yang mengandalkan CCTV. Sekarang lebih banyak personel polisi berpatroli keliling kota. Pemberlakuan lockdown benar-benar terasa.
Stasiun kereta yang menjadi salah satu tempat paling ramai, mendadak sepi. Kereta yang biasanya datang 20 menit sekali, sekarang diberi jarak menjadi 40 menit sekali. Semua itu untuk mengurangi pergerakan orang yang bepergian. Namun, Pemerintah Inggris menerapkan peraturan lockdown secara persuasif.
Tiga hari sebelum masa lockdown, Pemerintah Inggris melalui kanselir Rushi Sunak memerintahkan untuk menutup seluruh restoran, kedai kopi, kelab malam, bar, gym, dan tempat hiburan sejenisnya, tanpa menyebut kata lockdown.

Dengan menjamin 80% gaji pekerja yang terpaksa harus tetap di rumah selama masa lockdown, upaya ini dilakukan untuk membuat ekonomi Inggris stabil selama masa pandemi ini. Namun, publik setempat sudah bisa membaca langkah pemerintah Inggris, dari penerapan semi-lockdown menjadi total, sehingga sempat memicu panic buying di beberapa tempat.
Begitu total lockdown diberlakukan, penerapan peraturan ini tidak tanggung-tanggung. Pemerintah Inggris memukul rata untuk semua daerah di Inggris. Sejauh ini, penerapan lockdown berlangsung baik. (Aza)