Indonesiainside.id, Wuhan – Setelah mengalami penguncian atau lockdown selama 76 hari, kereta pertama di Wuhan diizinkan untuk beroperasi kembali. Otoritas setempat juga mengizinkan penduduk untuk bepergian keluar dan masuk Wuhan dan kota-kota lain di Cina. Jutaan masyarakat Wuhan pun bergembira ria.
Dengan pembatasan yang per hari ini sudah dicabut, ibukota Wuhan, Provinsi Hubei, memulai untuk melanjutkan bisnis dan kehidupannya seperti biasa sambil berusaha tetap melakukan tindakan pencegahan. Sampai tengah malam pada hari Rabu (8/4), 11 juta penduduk sekarang diizinkan untuk pergi tanpa izin khusus selama aplikasi di handphone mereka menunjukkan bahwa mereka sehat dan belum melakukan kontak baru-baru ini dengan siapa pun yang dikonfirmasi memiliki virus.
Tidak butuh waktu lama bagi lalu lintas untuk mulai bergerak cepat melalui jembatan, terowongan, dan pintu tol tol yang baru dibuka kembali, sementara ratusan menunggu kereta pertama dan penerbangan ke luar kota, banyak yang berharap untuk kembali ke pekerjaan di tempat lain.
Namun, virus corona yang telah membunuh puluhan ribu orang di seluruh dunia itu, diduga berawal dari keberadaan Pasar Grosir Makanan Laut Huashan, yang menjual hewan liar. Penelitian menunjukkan bahwa virus itu berasal dari kelelawar, dan kemungkinan melewati perantara, semacam hewan trenggiling, sebelum menginfeksi manusia.
Setelah munculnya isu tersebut, seluruh dunia seakan mengeluarkan larangan untuk mengkonsumsi hewan liar yang tidak biasa dikonsumsi manusia. Hal itu merupakan bagian dari upaya untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Spesialis kesehatan mengimbau agar dibuatkan undang-undang yang lebih luas, sehingga terciptanya penegakkan hukum yang efektif untuk melarang pengonsumsian hewan liar. Mereka juga mengatakan kerjasama internasional diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut.
Sebelum adanya pelarangan, perdagangan dan konsumsi satwa liar adalah industri bernilai miliaran dolar. Sebuah laporan 2017 oleh Akademi Teknik Cina memperkirakan bahwa industri ini mempekerjakan lebih dari 14 juta orang dan menghasilkan sekitar 520 miliar yuan atau 74 miliar dolar AS.
Di bawah undang-undang baru di Cina, hewan liar mungkin tidak lagi dibiakkan untuk konsumsi tetapi masih legal untuk memelihara mereka untuk hiasan dan obat-obatan tradisional Cina. Amanda Whitfort, seorang profesor di fakultas hukum Universitas Hong Kong yang berspesialisasi dalam hukum kesejahteraan hewan, mengatakan semua penggunaan hewan liar harus dilarang untuk meminimalkan risiko.
“Hewan yang dibesarkan untuk tujuan apa pun adalah risiko penyakit zoonosis,” kata Whitfort dilansir dari South Cina Morning Post, Rabu (8/4).
Dia mengatakan fektivitas undang-undang baru akan tergantung pada seberapa ketat hukum itu ditegakkan. Whitfort juga menekankan bahwa risiko tetap ada, karena Cina tidak memastikan kondisi kehidupan yang layak bagi hewan masih dibiakkan secara legal.
“Jika dibiakkan dalam keadaan yang sangat terbatas, jika dibantai dengan cara yang tidak higienis dan tidak terkendali, maka anda akan bersiap untuk bencana yang kedua kalinya,” imbuh Whitfort.(EP)