Nasib Tidak Jelas, Dihantui Corona, 439 Ribu Honorer K2 Menjerit

Oleh : Anya Sidarta

Indonesiainside.id, Jakarta – Sebanyak 439 ribu honorer K2 termasuk di dalamnya yang sudah lulus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) menjerit karena semakin kejepit akibat virus Covid-19. Bahkan, belasan hingga puluhan tahun berpenghasilan kurang layak.

“Nasib kami juga tidak jelas bertahun-tahun lamanya,” ujar Koordinator Wilayah Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Jawa Tengah, Ahmad Saefudin.

Yang nambah merananya lagi adalah kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan ojek online (ojol) dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dampak wabah virus Covid-19, justru melukai hati honorer K2. Mereka merasa pemerintah tidak adil memperlakukan anak bangsa.

“Wahai pak presiden. Tolong dong. Jangan ojol dan korban PHK melulu yang diperhatikan. Kami honorer K2 juga perlu diperhatikan. Kami juga anak bangsa. Anak bapak tidak hanya ojol tetapi kami juga anak bapak. Jangan pilih kasih dong, Pak Presiden,” tuturnya.

Jeritan hati honorer K2 juga disampaikan Koordinator Wilayah PHK2I DKI Jakarta, Nur Baitih. Medsos dan media massa saat ini hanya tertuju pada nasib ojol dan korban PHK.

“Pertanyaanya, memang iya honorer K2 tidak perlu diperhatikan. Apa benar honorer itu sudah tidak perlu dibantu lagi,” ujar Nur.

Dia melanjutkan, apakah iya hidup honorer lebih enak daripada ojol dan korban PHK. Atau gaji karyawan pabrik di Jabodetabek di atas 4,5 juta per bulan.

“Memang iya kah, gaji honorer yang sudah bekerja sekian puluh tahun lebih besar dari penghasilan ojol. Perhatian pemerintah beralih kepada Ojol dan korban PHK. Memang berapa banyak sih, kontribusi yang mereka sumbang untuk bangsa dan negara ini. Sementara kami tenaga honorer sudah jelas, nyata kontribusi kami di dunia kesehatan dan pendidikan,” tuturnya.(EP)