Indonesiainside.id, New Delhi – Seorang pengacara India yang dipukuli oleh polisi mengatakan bahwa para petugas mengakui menyerangnya hanya karena mereka mengira dia seorang Muslim. Deepak Bundele secara brutal dipukuli oleh dua petugas polisi ketika dia dalam perjalanan ke rumah sakit pada akhir Maret di Betul, sebuah kota di negara bagian India tengah Madhya Pradesh.
“Dua bulan kemudian, petugas polisi masih berusaha membuatnya menarik kembali pernyataannya,” kata Bundele kepada laman The Wire.
Sebagai bagian dari upaya mereka untuk membuat Bundele menarik pernyataannya, pejabat polisi mengatakan kepada pengacara bahwa ia hanya dipukuli karena petugas yang terlibat mengira ia adalah Muslim. Dilansir dari The New Arab, pernyataan itu dapat didengar dalam rekaman audio yang diduga menunjukkan percakapan Bundele dengan para petugas.
“Kami benar-benar malu karena kejadian itu. Jika Anda mau, saya bisa membawa pejabat itu dan membuat mereka meminta maaf secara langsung kepada Anda,” kata para petugas itu dalam rekaman yang diterbitkan oleh The Wire.
“Semua orang malu bahwa mereka melakukan sesuatu seperti ini kepada saudara Hindu tanpa mengetahui identitasnya. Kami tidak memiliki permusuhan terhadap Anda. Setiap kali ada kerusuhan Hindu-Muslim, polisi selalu mendukung orang Hindu, bahkan orang Muslim pun tahu ini. Tetapi apa pun yang terjadi dengan Anda adalah karena ketidaktahuan,” lanjut petugas itu.
Bundele kemudian bertanya apakah dia dipukuli karena petugas mengira dia adalah seorang Muslim.
“Ya, tepatnya. Kamu memiliki jenggot yang panjang. Pria yang menyerangmu adalah seorang Hindu yang setia. Dalam kerusuhan Hindu-Muslim setiap kali seorang Muslim ditangkap, dia memukuli mereka dengan brutal, selalu,” jawab para petugas.
“Bahkan jika saya adalah seorang Muslim, apa yang memberi polisi hak untuk menyerang mereka tanpa alasan,” katanya kepada The Wire.
Kekerasan massal, terkait dengan ketegangan antara komunitas agama, sering terjadi di India, dengan insiden kerusuhan komunal Hindu-Muslim yang merenggut nyawa ribuan orang selama beberapa dekade terakhir.
Penghancuran sebuah masjid bersejarah tahun 1992 oleh para nasionalis Hindu memicu kekerasan yang mengakibatkan sedikitnya 1.200 orang tewas, sementara pembakaran kereta api yang membawa peziarah Hindu tahun 2002 memicu aksi anti-Muslim yang menewaskan sebanyak 2.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah Muslim.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan nasionalis Hindu sayap kanan Perdana Menteri Narendra Modi dituduh memicu Islamofobia dan mengikuti agenda legislatif anti-Muslim. Modi juga dituduh mengobarkan api kerusuhan 2002 yang mematikan, ketika dia menjabat sebagai kepala menteri Gujarat. (CK)