Indonesiainside.id, Jakarta – Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dokter Aman Bhakti Pulungan, mengatakan risiko penularan Covid-19 yang dihadapi para santri di pesantren terbuka lebar. Para santri, lebih berisiko tertular Covid-19 dibandingkan anak sekolah pada umumnya.
“Potensi risikonya lebih banyak lagi untuk mereka saling menularkan. Apalagi kalau 24 jam mereka bareng, sekamar semua, dan sebelum masuk tidak di tes PCR semua,” ujarnya, seperti dilansir BBC News, Senin(15/6).
Menurutnya, saat ini baik pesantren maupun sekolah belum siap untuk dibuka.
Sebelum memutuskan untuk memanggil para siswa kembali, pesantren atau sekolah harus melakukan pelatihan penerapan protokol pencegahan Covid-19. “Kalau mereka saling menularkan, gurunya, kiainya bisa ketularan,” kata Aman.
Dijelaskannya, harus dipastikan juga fasilitas di pesantren itu, seperti kamar mandi, kamar tidur, ruang bersama, mendukung penerapan protokol pencegahan Covid-19.
Hal senada dikatakan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti. “Kalau belum siap infrastruktur, buka tunda sekolah atau pesantren,” ujarnya.
Seperti diketahui, jumlah penderita Covid-19 di Jawa Timur makin tinggi namun dalam keterangan resminya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, membolehkan santri ke pondok pesantren dengan hati-hati dengan menjadikan kaidah keselamatan sebagai prinsip utama.
Khofifah juga memperkenankan pondok pesantren menyusun protokol kesehatan sesuai dengan kondisi masing-masing, tapi harus sesuai standar yang dikeluarkan pemerintah pusat.
Mulai Senin (15/06) kemarin, para santri di Jawa Timur sudah dapat kembali ke pondok pesantren masing-masing secara bertahap.
Pada tahap pertama, yang diizinkan kembali masuk pesantren adalah para santri dari sekitar Kediri, seperti Nganjuk, Blitar, dan Trenggalek.
Pondok Pesantren Lirboyo, di Kediri, yang menampung sekitar 28.000 santri, misalnya, akan mulai mendatangkan sekitar 2.500 santrinya pada 20 Juni mendatang, ujar Abdul Muid, pengurus pesantren.
Gus Muid mengatakan para santri itu sudah diminta melakukan isolasi di rumah dan akan diisolasi lagi selama dua minggu di asrama khusus di pesantren.
“Sebenarnya, kalau di pondok pesantren ini, kalau orang dulu bilangnya pesantren itu ‘penjara suci’ karena mereka nggak bisa ke mana-mana sepanjang tahun. Kita isolasi, agar mereka konsentrasi dengan belajarnya,” ujar Gus Muid.
“Kebiasaan seperti ini sangat aman untuk menjaga dari tertular virus. Ya makanya yang paling penting screening awalnya ini.”
Ia merujuk pada pengecekan kesehatan para santri yang kembali ke pondok pesantren, yang akan dilakukan pihaknya dengan bekerja sama dengan TNI dan Polri. “Kemungkinan rapid test,” ujarnya.(EP/BBC)