Indonesiainside.id, Jakarta–Amerika Serikat (AS) ikut campur tangan urusan Turki dengan meminta Haqia Sophia tetap menjadi museum, bukan masjid. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mempertimbangkan debat di dalam negeru Turki tentang masa depan landmark Hagia Sophia Istanbul, tentang rencana menjadikan kembali landskap bersejarah itu menjadi masjid.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (7/1), Mike Pompeo mendesak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk tidak mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Ia mendesak akan bekas katedral Istanbul itu harus tetap terbuka untuk semua.
“Kami mendesak pemerintah Turki untuk terus mempertahankan Hagia Sophia sebagai museum, sebagai contoh komitmennya untuk menghormati tradisi agama dan beragam sejarah yang berkontribusi pada Republik Turki, dan untuk memastikannya tetap dapat diakses oleh semua orang,” kata Pompeo dikutip AFP.
Pompeo beralasan, tetap menjadikan Hagia Sophia, situs warisan dunia Unesco, tetap menjadi museum karena akan memelihara bangunan itu “dengan cara yang luar biasa”. Menurutnya, perubahan status menjadi tempat ibadah muslim akan mengurangi warisannya, katanya.
Pernyataan Pompeo ini segera mendapat reaksi di Turki. Wakil ketua Partai Keadilan dan Pembangunan, Numan Kurtulmus, mengatakan masalah Haqia Sophia adalah masalah kedaulatan nasional Turki, tidak layak negara lain campur tangan.
“Satu-satunya otoritas pengambilan keputusan tentang status Hagia Sophia … milik Turki. Kami tidak memerlukan saran atau rekomendasi siapa pun tentang urusan kami sendiri,” kata Kurtulmus, seperti dikutip oleh Reuters.
Sebelum ini, wacana mengubah kembali Hagia Sophia menjadi masjid mengemuka di Turki dan menjadi pro dan kontra. Menurut survei terbaru 70 persen warga Turki mendukung rencana perubahaan ini.
Bangunan Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai sebuah gereja di abad keenam di bawah Kekaisaran Bizantium pada tahun 537. Setelah penaklukan Kekhalifahan Ustmaniyyah (Ottoman), tempat ini diubah menjadi masjid oleh Sultan Mohammad Al Fatih.
Salah satu monumen yang paling banyak dikunjungi di Turki ini kemudian diubah menjadi museum di era pemerintahan sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk, tahun 1930. Ketika Recep Tayip Erdogan berkuasa, wacana mengembalikan fungsi museum menjadi masjid diangkat kembali.
Pada bulan Ramadhan tahun 2006, untuk pertama kali azan berkumandang dari dalam Hagia Sophia. Peristiwa ini merupakan pertama kalinya azan dikumandangan dalam 81 tahun, sejak dialih fungsikan menjadi museum oleh Attaturk. Azan ini membuat tetangga Yunani marah.
Tahun lalu Presiden Erdogan kembali memunculkan niatnya mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid kembali. Seperti sebelumnya, rencana ini membuat Yunani dan AS kebakaran jenggot. (NE)