Indonesiainside.id, Seoul-Korea Selatan melaporkan 197 kasus baru Covid-19 pada hari Senin (16/8), hari keempat kasus baru mencapai tiga angka. Sebagian besar kasus baru dilaporkan di Seoul yang berpenduduk 51 juta jiwa.
Di antara kasus terbaru termasuk seorang pendeta yang menentang otoritas kesehatan, dan bergabung dengan protes anti-pemerintah dengan ribuan pengunjuk rasa dua hari lalu. Para pejabat hari Senin mengatakan, pendera kontroversial ini dinyatakan positif corona.
Gereja yang dipimpin oleh Pendeta Jun Kwang-hoon telah menjadi pusat klaster virus corona yang berkembang di ibu kota, Seoul. Lebih dari 300 anggota Gereja Sarang Jeil yang beranggotakan 4.000 orang sejauh ini telah dites positif terkena virus, menurut pihak berwenang.
Klaster Gereja Sarang Jeil adalah klaster terbesar kedua di Korea Selatan setelah Klaster Gereja Shincheonji di Daegu yang melaporkan lebih dari 5.000 kasus positif pada awal Maret. Jun, 64 tahun, adalah seorang pendeta sayap kanan yang kontroversial dengan pengikut setia yang dikenal melakukan mengkritik Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Jun saat ini mendapat jaminan setelah ditangkap karena dicurigai atas tuduhan terkait pemilihan dan melanggar perintah dari otoritas kesehatan dalam pertemuan massal.
Meanwhile at the Sarang Jeil Presbyterian Church… pic.twitter.com/9C9d0LN0D3
— Raphael Rashid (@koryodynasty) April 5, 2020
Setidaknya 312 kasus baru dilaporkan terkait dengan Gereja Sarang Jeil, menurut pemerintah kota Seoul, seperti dilaporkan kantor berita Yonhap. “Dari 4.000 pengunjung gereja [Sarang Jeil]… 3.400 di antaranya menjalani karantina dan 2.000 telah dites,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Kim Ganglip dalam laporan Yonhap dikutip BBC.
Hasil tes positif Covid-19 datang setelah Jun berbicara dalam sebuah rapat umum di pusat kota Seoul hari Sabtu. Jun dan pengikutnya termasuk di antara ribuan orang yang memadati pusat kota, dan bentrok dengan aparat keamanan.
Dalam sebuah aksi di atas panggung, ia menarik masker dari dagunya dan kemudian melemparkan ke udara. Jun menegaskan bahwa wabah di antara anggota gereja adalah konspirasi untuk melemahkannya, dengan mengatakan bahwa virus itu sengaja dibawa ke jemaatnya oleh orang luar.
Jun pernah menghina Presiden Moon dan menyamakan presiden Korsel itu dengan Hitler. Hal ini dinilai pernyataan kontroversial bahkan di antara para pemimpin Kristen.
Jun secara terbuka menentang kebijakan pembatasan terkait virus corona pada kebaktian atau pertemuan gereja sejak awal pandemi. Pada bulan Februari, ketika Korea Selatan pertama kali mengalami lonjakan kasus corona, dia memberi tahu pengikutnya dalam sebuah rapat umum yang dihadiri ribuan orang bahwa mereka tidak perlu takut dengan virus corona.
“Apakah ada orang di sini yang terinfeksi? Datanglah dalam layanan minggu depan,” katanya saat itu. “Tuhan akan menyembuhkan semuanya,” ujarnya dikutip La Times.
Menurut Korean Herald, Jun mengatakan kepada para pengikutnya pada demonstrasi awal tahun ini bahwa “meninggal karena penyakit adalah patriotik”. Dia menambahkan bahwa “mereka yang menderita penyakit akan disembuhkan jika mereka menghadiri demonstrasi”.
Jun didakwa dengan pencemaran nama baik awal tahun ini, setelah dia menyebut Presiden Moon mata-mata untuk Korea Utara, lapor Yonhap.
Otoritas kesehatan masyarakat Korea Selatan mengatakan mereka mendapat perlawanan dari gereja Jun setelah jemaat pertama dinyatakan positif minggu lalu. Mereka mengatakan rumor yang beredar di antara anggotanya bahwa tes virus itu dinilai curang.
Presiden Moon mengungkapkan keprihatinannya bahwa beberapa gereja di pusat wabah tidak mau bekerja sama untuk melakutan tes dan pelacakan kontak. Hal ini dinilai menempatkan negara itu dalam risiko.
“Ini perilaku tidak masuk akal yang membuang air dingin atas upaya lama rakyat Korea untuk mencegah penyebaran virus corona,” tulis presiden dalam pesan di media sosial hari Ahad. “Ini merupakan tantangan langsung bagi sistem pencegahan penyakit bangsa dan perilaku yang tidak dapat dimaafkan yang membahayakan nyawa orang,” tambahnya. (NE)