Indonesiainside.id, Jakarta – Armenia secara brutal melanggar gencatan senjata. Mereka melakukan serangan yang bertujuan merebut kembali posisi militer sebelumnya, kata Kementerian Pertahanan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan Senin.
Sekelompok kecil pasukan Armenia melakukan serangan ke arah Aghdara, Tartar, Fuzuli dan Jabrayil, menurut pernyataan itu.
Hal ini dilakukan mereka untuk membalas serangan Azerbaijan sebelum gencatan senjata yang banyak menyebabkan korban militer Armenia dan menghancurkan tank tempur T-72 dan tiga rudal Grad ketika unit artileri Armenia mundur dan beberapa personelnya melarikan diri setelah meninggalkan kendaraan militer.
“Pascagencatan senjata, Armenia menembaki pemukiman sipil Azerbaijan di provinsi Agdam, Tartar dan Goranboy,” kata kementerian itu dalam pernyataan terpisah mengutip DailySabah.
Kementerian Azerbaijan menambahkan bahwa tiga drone Armenia dijatuhkan oleh pasukan Azerbaijan, dua di wilayah Tovuz dekat perbatasan dan satu lagi di sekitar wilayah Agdam pada Senin pagi.
Ia menambahkan bahwa Armenia menyebarkan informasi palsu dengan mengatakan Azerbaijan melanjutkan pembangunan militer untuk mendapatkan kendali atas Hadrut, di mana bentrokan hebat diduga terjadi. Wilayah ini telah dibebaskan oleh pasukan Azerbaijan, katanya.
Meskipun ada perlawanan kuat dari Azerbaijan, Armenia terus menargetkan pemukiman sipil. Seorang koresponden Agence France-Presse (AFP) di kota Barda di Azerbaijan, tidak jauh dari garis depan, membenarkan dengan mengatakan bahwa mereka mendengar dentuman suara penembakan pada Senin pagi.
Gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia tidak bertahan sehari penuh, karena Yerevan melancarkan serangan ke kota terbesar kedua Azerbaijan, Ganja pada hari Minggu.
Berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam sejak kesepakatan gencatan senjata, rudal Armenia menghantam pemukiman sipil di Ganja, di mana pekerjaan pencarian dan penyelamatan berlanjut di antara reruntuhan.
Meskipun Armenia mencoba menutupi serangan itu, rekaman dari daerah tersebut mengkonfirmasi pernyataan Azerbaijan, ketika seorang fotografer Reuters di Ganja menyaksikan petugas penyelamat membawa satu orang tewas dari reruntuhan sebuah gedung apartemen besar pada Minggu pagi. Strukturnya hampir rata, sang fotografer menegaskan, saat ekskavator membersihkan puing-puing. Bangunan dan mobil di sekitarnya juga rusak parah, tambah fotografer itu.
Kantor kepala kejaksaan umum Azerbaijan hari Senin mengumumkan bahwa 41 warga sipil tewas sementara 207 lainnya luka-luka dalam serangan tersebut. Sekitar 1.185 rumah, 148 fasilitas sipil dan 57 apartemen juga hancur dalam serangan itu.
Padahal, gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai disepakati untuk dimulai pada siang hari pada 10 Oktober dan diumumkan setelah 10 jam pembicaraan di Moskow. Pembicaraan antara menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan diadakan atas undangan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menjadi perantara gencatan senjata dalam serangkaian pembicaraan dengan Presiden Ilham Aliyev dari Azerbaijan dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinian.(EP)