Indonesiainside.id, Jakarta – Militer Armenia melakukan kejahatan perang dengan menggunakan rudal balistik taktis Tochka-U untuk melakukan serangan terhadap warga sipil Azerbaijan, kata seorang ahli.
Azer Huseyinov, kepala ahli Azerbaijan National Agency for Mine Action (ANAMA) mencatat bahwa serangan Armenia menewaskan sembilan warga sipil Azerbaijan di kota Ganja menggunakan rudal Tochka-U, yang hulu ledaknya dapat diganti dengan nuklir, kimia atau biologis.
Huseyinov mengatakan salah satu rudal yang diluncurkan oleh Armenia mendarat di lapangan dekat kota Fuzuli.
“Kami segera tiba di wilayah itu dan berjaga di luar daerah dan memperingatkan penduduk untuk menjauh dari lapangan,” kata Huseyinov, menambahkan bahwa militer Armenia secara khusus menargetkan daerah sipil daripada target militer.
“Ini adalah kejahatan perang. Mereka juga meluncurkan roket dengan jangkauan serupa di Ganja,” katanya.
Pada hari Minggu, Azerbaijan mengatakan penembakan oleh pasukan Armenia di Ganja, kota terbesar kedua di negara itu, telah menyebabkan sembilan orang tewas, satu hari setelah gencatan senjata antara kedua belah pihak telah diberlakukan.
Dengan korban terbaru, jumlah total warga sipil Azerbaijan yang terbunuh oleh warga Armenia naik menjadi 41.
Sejak 27 September, sekitar 25 pasukan penjinak bom telah bekerja untuk meledakkan roket, rudal, dan bahan peledak yang dikirim oleh militer Armenia, menurut ahli itu, yang mengatakan mereka telah menerima lebih dari 400 panggilan dan telah menemukan lebih dari 70 amunisi yang belum meledak.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan unit militer Armenia melancarkan serangan untuk merebut kembali beberapa wilayah yang direbut oleh Azerbaijan dan melakukan serangan yang menargetkan daerah pemukiman dan warga sipil.
Pertempuran antara negara bertetangga itu dimulai pada 27 September dan telah menyebabkan ratusan orang tewas dalam eskalasi terbesar konflik berusia puluhan tahun atas Nagorno-Karabakh sejak perang separatis di sana berakhir pada tahun 1994. Wilayah ini milik Azerbaijan tetapi telah berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Yerevan.
Rudal buatan Soviet telah digunakan dalam Perang Saudara Yaman 1994, Perang Chechnya, Perang Saudara Suriah, Perang di Donbass dan Perang Saudara Yaman yang sedang berlangsung.
Rezim Assad di Suriah juga menggunakan rudal itu melawan Turki pada 2018, menembakkannya ke arah provinsi distrik Yayladağı hatay di dekat perbatasan.
Armenia diperkirakan memiliki sekitar 40 peluncur Tockha, sementara Rusia memiliki 220 dan Azerbaijan memiliki 93.(EP)