Indonesiainside.id, Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon meminta pemerintah tidak tergesa-gesa membeli vaksin Covid-19 dari luar negeri. Ini karena di dalam negeri tengah dikembangkan vaksin Merah Putih. Vaksin ini juga menjadi komitmen Presiden Jokowi sebelumnya, dalam menangani corona.
“Jangan sampai kita ini cuma mau dijadikan pasar vaksin. Kan dulu Pak Jokowi itu komitmennya ada vaksin Merah Putih, kok ini jadi vaksin palu arit?” kata Fadli dalam tayangan acara Dua Sisi TV One, dilihat di YouTube, Jumat (23/10).
Fadli juga mengomentari pernyataan dari Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri BUMN, yang hadir di acara tersebut soal rencana penyuntikan vaksin atau vaksinasi massal yang rencananya akan dilakukan pemerintah.
Arya mengatakan bahwa perwakilan BPOM dan MUI tengah berada di China untuk memeriksa vaksin. Padahal, Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih belum menyatakan persetujuan untuk jenis apa pun vaksin Covid-19 yang saat ini sedang diuji di berbagai negara.
“Ini seperti kata Presiden Jokowi, para jubir dan menterinya juga harus berhati-hati juga dalam berkomunikasi,” kata Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen itu.
Ia memperingatkan kepada pemerintah akan perbedaan antara uji coba klinis dan penerapan final vaksin virus corona.
“Ini harus dibedakan juga mau menyuntikkan vaksin atau masih mau uji coba? Itu beda,” tegas Fadli.
Fadli menyebutkan soal keraguan publik soal Covid dan vaksin buatan China. “Kenapa tidak ada kepercayaan publik karena dari awal kita disajikan berbagai macam disinformasi yang kacau, dalam penanganan Covid. Akan sembuh sendiri, nggak usah kita ulang lagi,” ujarnya.
Ditambahkannya, kalau dari awal pemerintah percaya kepada para ilmuwan, mulai dari UI, Eijkman dan lainnya, prototipe vaksin bisa dibuat dalam empat bulan.
“Ilmuwan kita yang hebat-hebat di Indonesia mereka bisa membuat prototipe vaksin virus itu dalam empat bulan bisa, tetapi pemerintah tidak melakukan itu. Asyik melakukan akrobat kata-kata untuk menenangkan, nah ini tiba-tiba ditengah-tengah itu sudah ada vaksinnya,” katanya.
“Seolah-olah vaksin di bulan November itu sudah final dan akan diinjeksikan ke banyak orang, ini membahayakan,” lanjutnya.
“Kalau ini masih eksperimental orang harus diberitahu, orang yang akan diinjeksi harus diberitahu ini vaksin masih eksperimental , kalau misalnya kamu ada apa-apa dengan itu, misalnya sampai meninggal, mudah-mudahan tidak, itu yang tanggung jawab siapa?,” tegasnya.
Fadli Zon juga lebih mendukung pengembangan vaksin dalam negeri dan dia akan memilihnya ketimbang yang impor dari China.
“Vaksin Merah Putih vs Vaksin Palu Arit. Saya sih pilih vaksin Merah Putih. Jangan ada yang tergesa-gesa impor vaksin dan menjadikan rakyat sebagai bebek percobaan,” katanya melalui media sosialnya.
Sebelumnya Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengharapkan pada akhir 2020 kemajuan pengembangan Vaksin Merah Putih bisa memasuki tahapan uji praklinis, sehingga pada triwulan I tahun 2021 dapat dilakukan uji klinis tahap pertama.
“Vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang dikembangkan menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia,” kata Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh sejumlah institusi penelitian dan perguruan tinggi dalam negeri seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gajah Mada.(EP)