Indonesiainside.id, Gaza – Warga Palestina mengecam keras deklarasi perjanjian normalisasi antara Israel dan Sudan yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah pernyataan, Kepresidenan Palestina menegaskan kecaman serta penolakannya terhadap keputusan Sudan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel yang telah mencaplok tanah Palestina.
“Tidak ada yang berhak berbicara atas nama bangsa Palestina dan perjuangan Palestina,” ungkap pernyataan itu.
Pernyataan yang sama juga memaparkan bahwa jalan menuju perdamaian yang komprehensif dan adil harus didasarkan pada hukum internasional, resolusi legitimasi internasional, dan referensi spesifik, dalam cara yang dapat mengakhiri pendudukan Israel di tanah Palestina.
“Kepemimpinan Palestina akan mengambil keputusan yang diperlukan guna melindungi hak dan kepentingan sah bangsa Palestina,” tambahnya.
Wasel Abu Youssef, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization/PLO), mengatakan kepada awak media bahwa keputusan Sudan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel merupakan “pengkhianatan baru terhadap rakyat Palestina.”
Menurutnya, langkah yang diambil Sudan mencerminkan “pengkhianatan atas perjuangan Palestina serta pelanggaran terhadap inisiatif perdamaian Arab.”
Sementara itu, Hazem Qassem, juru bicara Hamas di Gaza, mengatakan dalam pernyataan pers bahwa “normalisasi hubungan antara Sudan dan negara penjajah itu merupakan dosa politik, yang merugikan bangsa Palestina serta perjuangan mereka.”
Gerakan Jihad Islam Palestina juga menyampaikan dalam pernyataan pers bahwa Sudan berlari menuju Israel dan membayar sejumlah besar uang demi mendapatkan kepuasan Amerika dengan mengorbankan pengungsi serta warga Sudan yang miskin. (EP/xh)