Jujurlah, walau Anda dalam keadaan bercanda. Jujur dalam Islam bukan sekadar akhlak utama yang wajib bagi sorang Muslim, tetapi kejujuran adalah penyempurna iman dan Islam.
Dalam tataran akhlak, seorang Mukmin adalah orang yang jujur, mencintai kebenaran dan berdiri di atas kebenaran, lahir maupun batin, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Karena kebenaran dalam Islam menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan itu menjukkan ke Surga, di mana Surga adalah puncak cita-cita seorang Muslim.
Selain termasuk dalam akhlak mulia, jujur juga merupakan bentuk pengejawantahan keimanan kepada Allah SWT, sebab Allah SWT yang menujukkan demikian, dan Allah SWT memuju hamba-Nya yang menyandang sifat jujur ini.
Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan kepada ummatnya agar senantiasa bersifat jujur dalam berbagai keadaan. Sifat jujur oleh para ulama, tak hanya dalam pernyataan formal, tapi juga dalam percakapan biasa, bahkan dalam bercanda pun. Jujur dalam berkata, berbincang, bercerita, menulis, serta dalam mengekspresikan sesuatu, adalah bentuk kewaraan seseorang.
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu berbuat jujur karena sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke surga, selama seseorang terus menerus berlaku jujur dan berusaha jujur sampai dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hindarilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa menujukkan ke neraka. Dan selama seseorangs terus menerus berdusta dan berusaha berdusta, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Muslim, no 2607).
Dalam Al-Qur’an Surat At Taubah ayat 119:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa kụnụ ma’aṣ-ṣādiqīn
Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Tafsir: “Hai orang-orang yang beriman”, kepada Allah dan kepada apa yang diperintahkan oleh Allah agar diimani, jalankan apa yang menjadi konsekuensi iman, yaitu bertakwa kepada Allah, dengan menjauhi dan meninggalkan apa yang Dia larang. “Dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”, dalam ucapan, perbuatan, dan keadaan mereka, orang-orang yang perkataannya adalah benar, perbuatannya dan keadaannya tidak lain kecuali benar, bebas dari kemalasan dan kelesuan, selamat dari maksud-maksud buruk, mengandung keikhlasan dan niat yang baik, karena kejujuran mengantar kepada kebaikan, dan kebaikan mengantar kepada Surga. Allah berfirman, “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar”. (Al-Maidah:119) (Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
Berikut ini buah manis dari kejujuran bagi orang-orang yang senantiasa menjaga diri dari kedustaan:
1. Hati lega dan jiwa tenang
Rasulullah SAW bersabda terkait ini bahwa jujur itu adalah ketenangan (Ash shidqu tuma’niinatun). Sesuai sabda Nabi, yaitu: “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu, karena jujur itu adalah ketenangan, sedangkan dusta adalah keragu-raguan.” (At Tarmidzi no 2518)
2. Usahanya mendapat Berkah dan Tambahan Kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda: “Dua orang yang berjual beli berhak melakukan khiyar (majelis) selagi belum berpisah, jika keduanya juur dan saling berterus terang, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan (cacat) dan berdusta, maka dihapus berkah jual belinya.” (HR Bukhari, no 6079)
3. Kebahagiaan Setingkat dengan Para Syuhada
“Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur (benar), maka Allah akan menyampaikannya pada (kedudukan) orang-orang yang mati syahid, meski pun ia mati di atas ranjangnya.” (HR Muslim, no 1909)
4. Selamat dari Bencana yang Tak Disukai
Sebuah kisah, ada seorang yang melarikan diri dan datang kepada orang saleh, ia mengadukan, “Sembunyikanlah saya dari orang yang mengejarku!” Maka orang saleh itu berkata kepadanya, “tidurlah di sini”, sambil melemparkan kepadanya penutup dari daun kurma. Ketika orang yang mencarinya datang dan bertanya, orang saleh itu menjawab: “Ini di bawah daun kurma”. Namun mereka mengira bahwa orang saleh itu mempermainkannya, maka mereka meninggalkannya. Selamatlah ia berkah kejujuran seorang yang saleh itu. Wallahu a’lam (Aza)