Tidak ada setets air pun yang turun dari langit melainkan disertai oleh Malaikat yang mengantarkannya ke tempatnya di bumi.
Salah satu pilar penting dalam akidah Islam adalah beriman kepada Malaikat. Karena itulah, penting bagi kita mengetahui siapa dan apa apa saja tugas-tugas Malaikat di langit dan di bumi. Pembahasan kali ini adalah mengupas tentang Malaikat yang ditugasi menurunkan hujan, menumbuhkan pohon dan mengatur rezeki.
Tema hujan ini tak ada kaitannya dengan cuaca ekstrem di mana hujan mengguyur bumi dengan intensitas ringan, sedang, hingga lebat. Kemudian, di beberaopa daerah terkena bencana banjir. Yang terpenting, dengan datangnyua hujan disertai petir, hendaknyalah kita bertasbih atau membaca doa, semoga dengannya Allah menurunkan rahmat dan keberkahan.
Hujan adalah rahmat Allah yang diturunkan ke bumi untuk kemaslahatan ummat manusia serta alam semesta. Darinyalah tumbuh kehidupan di muka bumi ini serta kemaslahatan lainnya. Hujan yang mengakibatkan banjir, longsor, dan kejadian alam lainnya, selain bukti adanya karunia Allah yang tidak terkelola baik, juga menjadi sunnatullah yang tidak bisa ditentang.
Dalam kitab yang ditulis Imam Ibnu Katsir, al-Bidayah wan-Nihayah menyebutkan, malaikat yang ditugasi mengurusi hujan, rezeki, dan menumbuhkan pepohonan adalah Malaikat Mikail. Malaikat Mikail menurunkan hujan dan menumbuhkan pepohonan adalah dua faktor yang mendatangkan rezeki di muka bumi ini.
Malaikat Mikail memiliki para pembantu yang selalu melaksanakan perintahnya atas perintah Allah SWT, mengatur pergerakan angin dan awan sebagaimana dikehendaki oleh Allash SWT. Imam Ibnu Katsir menulis dalam kitabnya, al-Bidayah wan-Nihayah, “Tidak ada setets air pun yang turun dari langit melainkan disertai oleh Malaikat yang mengantarkannya ke tempatnya di bumi.”
Dalam Sunan at-Tarmidzi dituliskan, bahwa di antara para Malaikat ada yang ditugaskan mengatur awan. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW ditanya tentang ar ro’du, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ
”Ar ro’du (petir) adalah salah satu Malaikat yang ditugaskan mengatur awan. Ia memiliki sejenis cambuk api, yang digunakan untuk menjalankan awan sesuai kehendak Allah.” (HR. Tirmidzi no. 3117)
Disebutkan dalam Serial Akidah dan Rukun Iman: Malaikat, Jin dan Syaitan, karya Dr Umar Sulaiman al-Asyqar, terkadang Malaikat tersebut hanya mengairi suatu negeri, namun tidak untuk negeri lainnya, atau mengairi sebuah desa namun tidak untuk desan lainnya. Kadangkala diperintahkan untuk megairi sawah milik seseorang namun tidak untuk sawah lainnya.
Dalam hadits riwayat Muslim dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tatkala seseorang berada di tanah tandus, tiba-tiba mendengar suara awan: ‘Siramlah kebun fulan!’ Tidak lama kemudian, awan itu pun merendah lalu mencurahkan air di tanah yang banyak bebatuannya. Dalam sekejap, salah satu aliran air yang ada di tempat itu tersebut telah menampung semua air hujan.
Laki-laki itu pun mengikuti arah saluran air hingga ia mendapati seorang laki-laki lainnya yang sedang mengalihkan air dengan sekopnya di kebunnya. Laki-laki pertama tadi berkata kepada laki-laki pemilik kebin tersebut, ‘Wahai hamba Allah siapakah namamu?’ Ia menjawab, ‘Fulan’, yaitu nama yang didengarkannya dari balik awan. Laki-laki pemilik kebun tadi bertanya, “Mengapa engkau menanyakan namaku?”
Dia menjawab, ‘Sungguh aku mendengar suara dari balik gumpalan awan yang membawa air (yang sedang engkau alihkan) ini.’ Suara itu mengatakan, “Siramlah kebun fulan, ia menyebut namamu. Sebenarnya apa yang engkau perbuat dengan air ini?”
Pemilik kebun itu menjawab, ‘Jika itu yang engkau tanyakan, maka ketahuilah sesungguhnya aku selalu menanti-nantikan hasil panen kebunku ini, sepertiga hasilnya akan aku sedekahkan, sepertiga untuk kebutuhan makan diriku dan keluargaku, dan sepetiga lagi akan aku kembalikan ke kebun (untuk ditanami lagi).”
Perlu diketahui bahwa, setiap pergerakan yang ada di alam ini berasal dari Malaikat. Memang ada Malaikat yang ditugasi mengatur langit dan bumi sebagaimana firman Allah, Fal Mudabbiraati amraa. “Dan (Malaikat) yang mengatur urusan (dunia).” (an-Nazi’at 79: 5). Kemudian di ayat adz-Dzaariyat 51: 4, berbunyi: Falmuqassimaati amraa. Artinya, “dan Demi (Malaikat-Malaikat) yang membagi-bagi urusan.”
Intinya, semua yang mengatur alam raya ini adalah para Malaikat atas perintah Allah SWT. Simak baik-baik terjemahan ayat berikut ini, Quran Surat al-Mursalat (1-5):
وَٱلْمُرْسَلَٰتِ عُرْفًا
1. Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,
فَٱلْعَٰصِفَٰتِ عَصْفًا
2. dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya,
وَٱلنَّٰشِرَٰتِ نَشْرًا
3. dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya,
فَٱلْفَٰرِقَٰتِ فَرْقًا
4. dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya,
فَٱلْمُلْقِيَٰتِ ذِكْرًا
5. dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu.
Kemudian, di ayat lainnya, Quran Surat an-Naziat (1-5):
وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرْقًا
1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشْطًا
2. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
وَٱلسَّٰبِحَٰتِ سَبْحًا
3. dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
فَٱلسَّٰبِقَٰتِ سَبْقًا
4. dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
فَٱلْمُدَبِّرَٰتِ أَمْرًا
5. dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
Doa Ketika Mendengar Petir
Hendaknyalah kita tidak mencela, berkata buruk, atau berprasangka butuk, setiap kali turunnya hujan. Yang perlu kita lakukan adalah berdoa. MIslanya doa hujan “Allahumma shayyiban nafian.”
Begitu juga kala mendengar suara petir. Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan:
سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ
”Subhanalladzi sabbahat lahu” (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan, ”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.”
Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
“Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ
”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”. (Aza)