Sebuah kenikmatan yang sangat besar ketika kesehatan dan kesempatan masih berada dalam dekapan bulan ampunan dan kasih sayang. Hanya jiwa-jiwa beriman yang bisa merefleksikan kerinduan dalam menyambut bulan Ramadhan.
Kerinduan itu terlihat dengan memperkuat ketaatan agar memasuki bulan suci dengan kesiapan yang matang. Jika tidak fokus dan tidak spesifik dalam mencermati kedatangan bulan Ramadhan, maka akan sama saja dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan tiba begitu saja tanpa penyambutan dan kesiapan secara spiritual dan keilmuan, perginya juga akan berlalu tanpa bekas.
Bangun sahur, kerja, buka puasa, shalat tarawih, tadarrus, lalu tidur dan kembali bangun sahur. Jangan sampai siklus itu-itu saja yang dilalui tanpa perbaikan demi menambah amalan istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jika hal ini yang terjadi maka kita bisa masuk golongan orang-orang yang merugi dan akan kembali kehilangan momentum.
Salah satu upaya untuk mengubah kebiasaan menjadi luar biasa adalah dengan ilmu. Ilmu adalah makanan ruh. Ruh akan bergerak jika diberi ilmu. Sehingga jika ruh sudah bergerak, maka seseorang akan tergerak untuk melakukan sesuatu yang baik sekaligus menambah semangat untuk beribadah.
Misalnya, puasa. Puasa orang yang sudah tahu ilmu tentang puasa, akan memiliki kualitas puasa lebih baik dibandingkan orang yang belum tahu ilmunya. Salah satunya, memahami bahwa puasa merupakan ganjaran dan keutamaan yang luar biasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 271)
Karena itu, perlu ilmu untuk memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai memasuki bulan suci Ramadhan tetapi belum tahu apa saja keutamaan Ramadhan. Amal yang dikerjakan tanpa ilmu, benarnya saja bisa salah. Misalnya, beribadah tetapi mengiklaskan diri dalam setiap amalan. Nah, ikhlas ada ilmunya dan harus dipelajari.
Salah contoh orang menyambut Ramadhan tanpa ilmu adalah menyambutnya dengan pesta makanan dalam berbuka puasa. Atau menyambut Ramadhan hanya di pekan awal atau 10 hari pertamanya. Setelah itu, kembali kendor hingga akhir Ramadhan. Padahal Rasulullah SAW bergaya hidup Ramadhan dua bulan sebelum memasukinya dan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.
Kebiasaan-kebiasaan lain, misalnya, nyabuburit. Sebaiknya itu ditinggalkan karena saat-saat mustajabnya doa adalah detik-detik berbuka puasa. Bukan dengan menghabiskan waktu sehingga lupa kesempatan yang sangat berharga itu. Kesempatan itu hilang begitu saja karena tidak mengetahui ilmunya.
Kemudian, beristigfar yang paling tepat itu adalah sepertiga malam. Tapi berapa orang yang kehilangan kesempatan itu karena disita dengan tayangan televisi dan lainnya. Berapa lagi kesempatan lainnya yang hilang karena tidak mempunyai ilmunya.
Banyak hal dalam bulan suci Ramadhan yang ilmunya harus lebih diperdalam lagi, termasuk yang penting adalah ilmu mengatur waktu. Jangan sampai Ramadhan mendatang kita tetap sibuk sehingga melalaikan Ramadhan. Perlu aturan main dan disiplin waktu agar tidak terbawa arus waktu yang terus berjalan.
Prinsip-prinsip ibadah dalam hidup juga harus mulai diteguhkan. Misalnya, Kita boleh sibuk di bulan Ramadhan tetapi harus lebih sibuk bersama al-Qur’an. Jika ada pekerjaan yang prioritas untuk diprioritaskan di bulan suci ramadhan adalah al-Qur’an.
Harus lebih sibuk dengan sedekah, shalat malam, zikir, dan lainnya. Kemudian, sebelum memasuki Ramadhan, yang pertama harus dikekang adalah hawa nafsu. Harus dimulai jauh sebelumnya agar bisa dilakukan secara bertahap sehingga begitu memasuki Ramadhan, jiwa kita sudah siap.
Karena itu, orang yang akan menang di bulan suci ramadhan adalah orang yang sejak sekarang sudah menang melawan hawa nafsunya. Minimal menang dalam melawan nafsu perut dan kasur di sepertiga malam. Tekadkanlah dalam diri kita bahwa Allah SWT telah memberi kesempatan kepada saya selama 11 bulan untuk mencari dunia. Maka satu bulan ini, betul-betul dikhususkan untuk merengkuh pahala yang berlipat ganda.
Bagaimana agar bisa mengekang nafsu? Salah satunya perbanyak puasa di bulan Sya’ban, yaitu bulan sebelum Ramadhan. Semasih kita berada di awal-awal Sya’ban, inilah waktunya menyiapkan diri dari semua sisi. Yaitu momentum untuk memperkuat mental, menata batin, dan membenahi perilaku menyambut bulan puasa. Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: ذاَكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النّاسُ عَنْهُ يَعْنِي بَيْنَ رَجَب ورَمَضَان وَهُوَ شَهْرٌ تَرْفَعُ اْلأَعْمَالُ فِيْه إِلَى رَبّ العالمين فَأُحِبُّ أَنْ يَرْفَعَ عَمَلِيْ وأنا صَائِمٌ
“Bulan itu (Sya‘ban) adalah bulan yang dilupakan manusia, berada di antara Rajab dan Ramadhan. Dan ia adalah bulan diangkatnya amal ibadah kepada Tuhan Pemilik Semesta Alam, maka aku (Nabi Muhammad) suka amal ibadahku diangkat ketika aku berpuasa”. (HR. an-Nasa’i)
Istri Rasulullah SAW, ‘Aisyah ra meriwayatkan, “Hanya di bulan Ramadhan Nabi Muhammad berpuasa satu bulan penuh dan saya tidak melihat beliau sering puasa kecuali di bulan Sya’ban,” (HR Al-Bukhari).
Persiapan menyambut Ramadhan yang dicontohkan Rasulullah salah satunya adalah puasa. Sya’ban adalah waktu tepat berpuasa untuk melatih diri agar terbiasa berpuasa sehingga ketika Ramadhan tiba, puasa tidak berat lagi.
Terlebih lagi, puasa Sya’ban termasuk memuliakan dan menghormati Ramadhan. Rasulullah pernah bersabda, “Puasa Sya’ban itu untuk menganggungkan Ramadhan,” (HR At-Tirmidzi). Wallahu a’lam. (Aza)