Duta Rasulullah SAW yang pertama, Mush’ab bin Umair, mencapai hasil gemilang di Madinah. Islam tersebar dengan cepat lewat tangan dingin Mush’ab. Dia adalah seorang pemuda yang sukses mengemban amanah dan tugas berat oleh Rasulullah SAW .
Orang-orang kafir Quraisy semakin dendam dan sakit hati atas penyebaran ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Kaum kafir terus menyusun kekuatan untuk memerangi dan menghentikan dakwah Rasulullah. Terjadilah beberapa kali peperangan, di antaranya yang terbesar adalah perang Badar yang dimenangkam kaum Muslimin tepat bulan Ramadhan yang pertama.
Kemudian disusul perang Uhud di mana kaum Muslimin terpojok. Dalam perang ini, tidak sedikit ummat Islam mengalami luka-luka. Beberapa di antaranya syahid di medan perang. Salah satunya, tokoh muda Islam saat itu, Mush’ab bin Umair.
Sebelum perang Uhud, Rasulullah SAW terlebih dulu mengatur barisan dan mencari siapa yang paling pantas diberi amanah membawa bendera. Pilihan Rasulullah SAW jatuh kepada Mush’ab bin Umair. Dia menjadi pahalawan pembawa bendera meski pada akhirnya gugur karena menyamarkan diri seperti Rasulullah. Kaum kafir pun menyerangnya hingga wafat dan mereka mengira itu adalah Rasulullah.
Peperangan berkobar dan berkecamuk dengan sengitnya. Namun, pasukan panah melanggar karena tidak mentaati aba-aba dari Rasulullah. Mereka meninggalkan celah bukit ketika melihat kaum musyrikin sudah terpukul mundur. Mengira kaum musyrikin mundur, pasukan Muslim meninggalkan bukit.
Rupanya kaum musyrikin kembali ke bukit dan menduduki posisi strategis yang sebelumnya dikuasai kaum Muslimin. Dari arah tak disangka-sangka, pasukan berkuda Quraisy menyerbu kaum Muslimin dari atas bukit. Tombak dan pedang berdentang seolah mengamuk. Kaum Muslimin terbantai dalam kondisi kacau balau.
Melihat kaum Muslimin terpojok, musuh pun mengarahkan serangan ke arah Rasulullah SAW. Mush’ab bin Umair menyadari kondisi gawat tersebut. Bagaikan singa mengaum, Mush’ab menaikkan bendera setinggi-tingginya. Beliau bertakbir sekeras-kerasnya lalu maju ke depan. Melompat, mengelak, berputar lalu menerkam.
Maksudnya untuk mencuri perhatian dan agar musuh melupakan Rasulullah SAW. Sepintas, dengan rambut terurai hingga ke bahu, berpakaian putih, menyerupai Rasulullah. Musuh bisa saja mengira dirinya sebagai sosok Rasulullah.
Meski sendirian, Mush’ab seolah membentuk barisan besar. Dia pun bertempur layaknya pasukan tentara besar. Dia tetap memegang bendera dan salah satu tangannya memainkan pedang dengan sorotan mata yang tajam. Namun musuh kian bertambah banyak dan hendak melewati Mush’ab untuk mencapai Rasulullah.
Berkata Ibnu Sa’ad: Diceritakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-Abdari dari bapaknya, ia berkata:
“Mush’ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan kaum Muslimin pecah, Mush’ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda. Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus. Sementara Mush’ab mengucapkan; ‘Muhammad itu tiada lain hanya seorang Rasul.’ Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya hingga putus pula. Mush’ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal tangan meraihnya ke dada sambil mengucapkan: ‘Muhammad tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.’ Lalu orang berkuda itu menyerag ketiga kalinya dengan tombak dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush’ab pun gugur, dan bendera jatuh.”
Gugurlah Mush’ab al-Khair (yang baik), dan jatuhlah bendera. Dia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada. Itu dialaminya setelah dengan gagah berani mengarungi kancah pengorbanan dan keimanan. Mush’ab sudah menduga pasukan musuh akan menembus serangan kepada Rasulullah sehingga ia berkorban untuk mencegah. Demikian cintanya Mush’ab kepada Rasulullah SAW.
Setiap kali tebasan pedang memutuskan tangannya, dia menghibur diri dengan ucapan, “Muhammad itu tiada lain hanya seorang Rasul”. Kalimat ini pula dikukuhkan dengan abadi dalam al-Qur’an.
Setelah peperangan usai, ditemukanlah jasad sang pahlawan dalam kondisi wajah tertelungkup ke tanah. Darah yang mulia masih terus menetes. Seolah-olah wajah Mush’ab itu khawatir jika saja terjadi apa-apa bagi Rasulullah. Maka disembunyikanlah wajahnya ke arah tanah. Atau bisa saja i a malu karena telah gugur sebelum memastikan kondisi dan keselamatan Rasulullah SAW.
Mush’ab gugur di usia 40 tahun. Nama lengkapnya, Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Abd al-Dar Qushai. Dia lahir di Makkah tahun 585 M, dan wafat pada tahun 625 M dalam perang Uhud di Madinah. Istrinya bernama Hammanah binti Jahasy. Anaknya bernama Abdullah dan Muhammad.
Usia Mush’ab terpaut jauh di bawah Rasulullah SAW 14 tahun. Rasulullah lahir 571 M. Meski masih muda, Mush’ab tercatat sebagai sahabat Rasulullah, dan termasuk golongan Assaabiquunal awaluun, yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam.
Wahai Mush’ab cukuplah bagimu Arrahman… Namamu harum semerbak dalam kehidupan… Salam atasmu wahai anak muda gagah perkasa… Salam atasmu sekalian, wahai para syuhada Uhud… (Aza/Selesai)