Allah SWT mulai menurunkan al-Qur’an di Bulan Ramadhan pada malam qadar (Lailatul Qadar). Pada malam diturunkannya al-Qur’an itu, Allah merahmati seluruh hamba secara umum yang tidak mampu dihargai oleh manusia.
Disebut malam qadar karena agungnya kemuliaan malam itu dan keutamaannya di sisi Allah. Pada malam itu Allah menentukan ajal, rizki, dan ketentuan-ketentuan takdir selama satu tahun. Demikian ditulis dalam Tafsir as-Sa’di tentang malam diturunkannya al-Qur’an pada Lailatul Qadar. Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ , فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ , رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.” QS Ad-Dukhan: 3-5).
Kapan Lailatul Qadar atau malam turunnya al-Qur’an tersebut? Lailatul Qadar jatuh pada bulan Ramadan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)
Imam Ibnu Katsir memaparkan, Allah Subhanahu wa ta’ala memuji bulan Ramadan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-Qur’an yang agung. Adapun lembaran-lembaran atau suhuf, kitab Taurat, Zabur, dan Injil, masing-masing diturunkan kepada nabi yang bersangkutan secara sekaligus.
Lain halnya dengan Al-Qur’an, diturunkan sekaligus hanya dari Baitul ‘Izzah ke langit dunia. Hal ini terjadi pada bulan Ramadan, yaitu di malam Lailatul Qadar. Allah SWT berfirman:
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan“. (QS Al-Qadr: 1)
Sedangkan di dalam riwayat Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan, “Al-Qur’an diturunkan pada pertengahan bulan Ramadan ke langit dunia dari tempat asalnya, yaitu Baitul ‘Izzah. Kemudian diturunkan kepada Rasulullah SAW selama 20 tahun untuk menjawab perkataan manusia.”
Tentang apa Lailatul Qadar, Allah SWT berfirman dalam ayat ketiga pada Surat al-Qadar, yakni:
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”
Malam lailatul qadar yaitu malam di mana amal saleh ketika itu lebih baik daripada amal selama seribu bulan di waktu selain Lailatul Qadar. Jarir mengatakan dari Mujahid yang berkata: “Salah satu laki-laki dari Bani Israil ada yang melaksanakan shalat di waktu malam sampai pagi, kemudian berperang memerangi musuhnya di waktu siang sampai sore, dan dia melaksanakan hal itu selama seribu bulan, kemudian Allah menurunkan ayat (Lailatul qadri khairum min alfi syahr) sebagaimana yang diamalkan oleh laki-laki itu.” (Tafsir Al-Wajiz/Syekh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir Suriah)
Kemudian, As-Sa’di mengatakan, “Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan” yakni keutamaannya menyamai seribu bulan. Amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari amal yang dikerjakan selama seribu bulan penuh. Inilah salah satu hal yang membuat orang berakal terkesima dan tercengang karena Allah memberi karunia pada umat yang lemah ini berupa kekuatan dan daya dalam satu malam, di mana amal yang dikerjakan pada malam itu nilainya sama bahkan lebih dari amalan seribu bulan, sementara seseorang paling-paling diberi usia panjang selama 80 sekian tahun. (Tafsir as-Sa’di, Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan. Jika seorang hamba melakukan ibadah dan memperbanyak amaln saleh didalamnya, maka amalan saleh pada satu malam Lailatul Qadar jauh lebih baik kedudukannya. Itulah keutamaan bagi siapa yang di kehendaki oleh Allah untuk meraih malam itu. Mereka yang belum dikehendaki olehnya akan merasakan malam itu seperti malam-malam biasa, dia tidak memanfaatkan malam itu dengan memperbanyak amalan saleh, dia tidak sama sekali tidak peduli dengan keagungan malam itu. (Tafsir Juz ‘Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan)
Kemudian dilanjutkan, ulama berbeda pendapat perihal malam yang tepat saat-saat malam yang mulia itu tiba dalam bulan Ramadhan. Ibnu Katsir menyebutkan, dalam “kitab Tafsirnya” beberapa perkataan:
- Malam itu datang pada malam pertama bulan ramadhan.
- Pada malam terakhir dari bulan Ramadhan.
- Pendapat ketiga, jatuh pada malam ke 17, yaitu pada malam purnama.
- Pendapat keempat, malam itu datang pada malam ke 21 Ramadhan.
- Pendapat lain, pada malam ke 23 Ramadhan.
- Pendapat paling kuat yang kebanyakan ulama sepakat dengan pendapat ini adalah malam ke-27 Ramadhan.
Selanjutnya, dalam Surat Al-Qadr Ayat 4:
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”
Pada malam itu malaikat dengan jumlah besar turun ke bumi. Malaikat itu hadir ke masjid-masjid, mereka hadir di antara jamaah kaum muslimin yang sedang melakukan ibadah. Para Malaikat itu menjaga orang-orang beriman dan membantu mereka dalam menghidupkan malam itu dengan shalat dan ibadah lainnya.
(وَالرُّوحُ) Dan bersama mereka ada Malaikat Jibril – عليه السلام -, Ruh yakni Malaikat Jibril, karena Allah menyebutnya dengan (الروح الأمين). Penyebutan “Ruh” dalam ayat ini adalah penyebutan khusus setelah sebelumnya disebutkan Malaikat secara umum, dalam riwayat lain dikatakan: yakni ruh adalah bagian daripada malaikat-malaikat yang turun pada malam itu. Sedangkan maksud (مِنْ كُلِّ أَمْرٍ) “min kulli amr” dalam ayat tersebut adalah bahwa ketika Malikat-Malaikat itu turun akan banyak keselamatan atau kesejahteraan untuk setiap urusan (perkara). (Tafsir Juz ‘Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan)
Pada malam itu, turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril. Turun tahapan demi tahapan, karena para malaikat adalah penduduk langit, dan langit berjumlah tujuh langit, maka para malaikat turun tehapan demi tahapan sehingga memenuhi bumi.
Turunnya malaikat adalah alamat yang menunjukkan rahmat, kebaikan dan keberkahan. Karenanya, apabila malaikat enggan memasuki suatu tempat, itu menunjukkan bahwa tempat tersebut yang malaikat enggan memasukinya, tidak ada rahmat, kebaikan dan keberkahan di dalamnya, seperti tempat yang ada gambar-gambar (makhluk bernyawa) di dalamnya.
Firman Allah Ta’ala بِإِذْنِ رَبِّهِمْ “dengan izin Rabb mereka”. Yang dimaksud izin di sini adalah izin kauniy (terjadi takdir). Kerena izin atau perintah Allah terbagi menjadi dua: Izin kauniy (segala kejadian) dan izin syar’iy (aturan syari’at). Dengan demikian, ayat ini بِإِذْنِ رَبِّهِمْ “dengan izin Rabb mereka” maknanya adalah perintah Allah secara taqdir (kejadian yang pasti terwujud). (Tafsir Juz ‘Amma/Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H)
Ayat terakhir atau kelima dalam Surat Al-Qadr, yakni:
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr: 5)
Keutamaan kelima untuk malam Lailatul Qadar adalah malam itu dipenuhi dengan keselamatan dan kesejahteraan. Tiada keburukan apa pun yang terjadi, dari terbenamnya matahari sampai terbit kembali. (Tafsir Juz ‘Amma/Syekh Prof Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan)
Syekh al-Utsaimin menyimpulkan, pada surat ini mengandung beberapa keutamaan Lailatul Qadar.
- Allah menurun padanya al-Quran yang dengannya Allah memberi petunjuk manusia dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
- Adanya pengagungan dan pemuliaan dengan bentuk pertanyaan dalam firman-Nya: وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ” Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?”
- Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.
- Para malaikat turun pada malam tersebut, dan mereka tidaklah turun melainkan dengan membawa kebaikan, rahmat dan keberkahan.
- Malam tersebut adalah keselamatan, karena banyaknya keselamatan di dalamnya dari hukuman dan siksa, dengan ketaatan yang dilakukan hamba berupa ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Keenam: Bahwa Allah menurunkan dalam keuatamaannya berupa surat yang dibaca keseluruhannya hingga hari kiamat. (Aza/ Referensi: Tafsir Ibnu Katsir/ tafsirweb.com)