Sejarah qurban antara Sang Ayah Ibrahim dan puteranya Ismail yang diabadikan dalam Al-Qur’an adalah hasil Vaksinasi Cinta. Ya, Ayah Ibrahim telah memvaksin dirinya dengan cinta Ilahi hingga ia memiliki imunitas dari godaan iblis. Imunnya, lebih mendahulukan taat daripada maksiat.
Oleh: Fahmi Salim
Anandanya, Ismail, juga memvaksin dirinya dengan cinta Ilahi hingga ia siap sedia mematuhi titah Ilahi. Demikian pula bunda Hajar, dirinya telah divaksin cinta Ilahi hingga ia relakan suaminya menjalankan perintah wahyu Ilahi dalam mimpi untuk sembelih putera kinasihnya.
Bahkan jauh sebelum itu, saat ayah dan suami yang digelari Allah dengan kinasih Allah (Khalilullah) itu meninggalkan sang isteri dan puteranya yang masih merah di lembah tandus Bakkah. Vaksin cinta Ilahi itu telah mengalir dalam aliran darah dan denyut nadi Hajar saat ia berteriak menyapa Ibrahim, “Apakah Allah yang titahkan engkau suamiku untuk meninggalkan aku dan puteramu disini?”
Pertanyaan yang menghunjam sekaligus menusuk sembilu hati sang suami. Tanpa menoleh ke belakang, Ibrahim jawab singkat, ya. Lalu sang isteri lantang berseru, “Kalau begitu adanya, Allah pasti akan menjaga kami dan tidak menyia-nyiakan pengorbanan kami berdua”.
Vaksin cinta ini sungguh mengalir begitu derasnya di dalam pembuluh dan urat nadi ketiga hamba yang pasrah pada ketetapan Ilahi. Vaksin cinta itulah yang melahirkan syariat ibadah haji dan qurban yang kita kenal saat ini.
Cinta Keluarga, Rakyat, Bangsa, dan Negara
Saat ini kita perlu sekali memvaksin cinta Ilahi dalam diri kita dan keluarga kita, agar keluarga inti dan besar saling menguatkan satu sama lain untuk mengokohkan imunitas ketaatan kita kepada Ilahi Rabbi.
Suami dan istri wajib memvaksin cinta Ilahi dalam dirinya. Orang tua dan anak wajib memvaksin cinta Ilahi dalam dirinya. Pemimpin dan rakyat wajib memvaksin cinta Ilahi dalam dirinya. Ulama dan umara wajib memvaksin cinta Ilahi dalam dirinya.
Tetangga, kerabat, dan sahabat wajib memvaksin cinta Ilahi dalam dirinya. Saudara seiman dan saudara sebangsa setanah air wajib memvaksin cinta Ilahi dalam dirinya. Untuk apa?
Supaya tumbuh kuat imunitas cinta keluarga, cinta rakyat, cinta bangsa dan negara, serta cinta sesama. Tujuannya untuk saling melindungi dan menjaga diri agar kita semua terhindar dari marabahaya virus covid yang mengintai, virus hubbu dunya yang mematikan, virus kebencian yang menghancurkan, virus kebodohan yang menularkan, virus keegoisan yang membinasakan, virus fanatisme yang mencelakakan, virus kezaliman yang meruntuhkan sendi-sendi bernegara.
Ayo vaksinasi cinta Ilahi dalam diri kita semua sehingga lahirlah spirit pengorbanan untuk mengalahkan hawa nafsu, mengecilkan iming-iming dunia, menghilangkan aneka waham kebodohan, kebencian, egoisme, dan fanatisme, serta mengikis habis tirani kezaliman yang melanda seluruh sendi kehidupan agar hidup kita umat manusia ini kembali kepada fitrahnya Adam, Idris, Nuh, Hud, Salih, Syuaib, Lut, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub, Yusuf, Musa, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Muhammad Shalllallahu alayhi wa sallam.
Merekalah para penemu sekaligus vaksinator cinta Ilahi kepada ummat manusia. Merekalah teladan terbaik yang telah tervaksin dalam dirinya cinta Ilahi, yang mengalir dalam ucapan dan tindakannya potret cinta sejati seorang hamba kepada Rabbnya.
Mari masukkan virus-virus aktif cinta Ilahi ke dalam diri kita, keluarga kita, ummat kita, bangsa dan negeri kita hingga semesta kita untuk bangkit dan mengalahkan virus-virus hawa nafsu, hubbu dunia, kebodohan, kebencian, egoisme dan fanatisme hingga kediktatoran dan kezaliman dalam kehidupan kita.
Demi Allah, kita lebih memerlukan vaksin cinta Ilahi ini sebagai kebutuhan dasar melebihi kebutuhan kita terhadap vaksin Covid-19. Jika hati dan jiwa kita sudah immune dengan vaksin cinta Ilahi, demi Allah kehidupan kita akan jauh lebih baik karena saat itulah hubungan antar keluarga, antar sesama, antar bangsa, antar rakyat dan pemimpin akan dipimpin dan dibimbing oleh cinta Ilahi.
Mari kita galakkan vaksinasi cinta Ilahi dan tegakkan protokol cinta Ilahi dalam semua sendi kehidupan sebelum atau berbarengan vaksinasi covid19 dan protokol kesehatan. Protokol langit dan protokol bumi tidak boleh berpisah, keduanya harus berjalan seiring, harmonis dan saling menguatkan. Protokol bumi hanya akan berjalan baik jika ia dibimbing oleh protokol langit yang disimbolkan oleh vaksin cinta Ilahi.
Selamat merayakan Hari Raya Qurban dan Haji, 10 Dzulhijjah 1442 h di tengah pendemi. Semoga cinta Ilahi, cinta Qur’an dan cinta teladan Sang Rasul terus menaungi dan merahmati kehidupan kita dari dunia hingga akhirat nanti. TaqabbalAllahu minna wa minkum. Dari hamba Allah yang fakir kepada cinta Ilahi & ampunan-Nya.
Penulis: Pendiri Al-Fahmu Institute/ Peneliti di INSISTS Jakarta/ Dosen beberapa universitas di Jakarta seperti Institut PTIQ, UHAMKA, dll/ Pengurus PP MUhammadiyah/ Wakil Sekjen MIUMI)