Indonesiainside.id, Jakarta–Taliban telah mengumumkan “amnesti” di seluruh Afghanistan dan mendesak perempuan untuk bergabung dengan pemerintahnya dalam batas-batas “hukum Syariah”. Pengumuman dilakukan untuk menenangkan kegelisahan masyarakat di ibu kota yang gugup setelah sehari sebelumnya sempat melihat kekacauan di bandaranya, saat sebagian orang mencoba melarikan diri, lapor TTRWorld.
Pengumuman disampaikan hari Selasa oleh Enamullah Samangani, seorang anggota komisi budaya Taliban. Ia mengatakan rincian struktur pemerintahan belum bisa didetilkan, namun, menyiratkan bahwa kemungkinan aturan berdasarkan hukum Islam.
“Struktur pemerintahan tidak sepenuhnya belum jelas, tetapi berdasarkan pengalaman, harus ada kepemimpinan yang sepenuhnya islami dan semua pihak harus bergabung,” katanya.
Meskipun tidak ada laporan besar tentang pelanggaran atau pertempuran di Kabul, banyak penduduk tetap tinggal di rumah. Banyak orang masih takut setelah pengambilalihan kekuasaan, penjara dikosongkan dan gudang senjata dijarah.
Generasi yang lebih tua mengingat pandangan Islam garis keras mereka, meliputi hokum rajam, dan eksekusi di depan umum selama pemerintahan masa lalu mereka sebelum invasi pimpinan AS yang mengikuti serangan teror 11 September 2001.
Sementara itu, Taliban juga mengumumkan keterlibatan kaum perempuan dalam struktur pemerintah barunya. Sikap ini nampanya berubah 180 derajat dengan sikapnya 20 tahun lalu, ketika ketika perempuan sebagian besar dikurung di rumah saja.
“Imarah Islam tidak ingin perempuan menjadi korban,” kata Samangani. “Mereka harus berada dalam struktur pemerintahan menurut hukum Syariah.”
Taliban juga mengatakan, mereka tidak akan membalas dendam pada mereka yang bekerja dengan pemerintah Afghanistan atau negara asing. Tetapi beberapa di Kabul menuduh pejuang Taliban memiliki daftar orang-orang yang bekerja sama dengan pemerintah dan mencari mereka.
Rupert Colville, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, mencatat sumpah Taliban dan ketakutan mereka ketika pernah berada di bawah kekuasaannya. Karenanya hal itu perlu dibuktikan, katanya.
“Janji-janji seperti itu perlu ditepati, dan untuk saat ini – sekali lagi dapat dimengerti, mengingat sejarah masa lalu – deklarasi ini disambut dengan skeptisisme,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Meski demikian, ia mengakui banyak perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam kurun terakhir. “Ada banyak kemajuan yang diraih dengan susah payah dalam hak asasi manusia selama dua dekade terakhir. Hak semua warga Afghanistan harus dipertahankan.”
Hari Selasa, Stefano Pontecorvo, perwakilan sipil senior NATO untuk Afghanistan, memposting video online yang menunjukkan landasan pacu kosong dengan pasukan Amerika di landasan. Apa yang tampak seperti pesawat kargo militer dapat dilihat di kejauhan dari balik pagar rantai dalam rekaman tersebut.
Landasan pacu “terbuka,” tulisnya di Twitter. “Saya melihat pesawat mendarat dan lepas landas.”
Pada hari Senin, ribuan warga Afghanistan bergegas ke bandara utama Kabul, beberapa mengambil tindakan ekstrim dengan bergelantungan pada sebuah jet militer saat lepas landas dan jatuh ke kematian mereka. Setidaknya tujuh orang tewas dalam kekacauan itu, kata pejabat AS. (NE)