Indonesiainside.id, Kabul– Para pemimpin senior Taliban telah menginformasikan peran perempuan di negara itu termasuk hak untuk bekerja, akses ke pendidikan serta pedoman berpakaian yang akan diputuskan oleh Majelis Ulama Islam. Waheedullah Hashimi mengatakan, sebanyak 99 persen penduduk Afghanistan beragama Islam dan itu artinya ketika kita meyakini prinsip hukum, maka itu perlu dilaksanakan.
Jelas, majelis ulama akan memutuskan apakah kelompok itu harus mengenakan jilbab, burqa atau hanya jilbab dengan abaya. “Kami memiliki dewan ulama yang kredibel. Mereka akan membuat keputusan,” komentarnya dikutip Reuters.
Jilbab adalah kain yang menutupi kepala, burqa adalah jubah yang menutupi seluruh bagian tubuh, sedangkan abaya adalah jubah dengan wajah terbuka. Hari Selasa, juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid melalui konferensi pers pertama di Kabul menjelaskan bahwa perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar.
Menurutnya, perempuan akan terlibat aktif dalam masyarakat berdasarkan tuntunan agama. Hal ini berbeda dengan masa awak pemerintahan Taliban dari tahun 1996 hingga 2001.
Saat itu Taliban tidak mengizinkan perempuan untuk bekerja, anak perempuan tidak boleh bersekolah dan perempuan harus memakai burqa ketika keluar dan hanya ditemani oleh mahram laki-laki. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan mereka akan mengevaluasi aturan baru Taliban termasuk perlakuan terhadap perempuan dan anak perempuan.
“Kami akan mengevaluasi kelompok berdasarkan pilihan yang dibuat, tindakan terhadap kata-katanya, sikap terhadap kekerasan, kejahatan dan narkotika termasuk akses kemanusiaan serta hak siswi atas pendidikan,” jelasnya. (NE)