Ada sebuah kisah tentang seorang budak yang dibebaskan karena ucapannya yang mengandung nasihat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Padahal , sebenarnya ia bersalah. Namun karena majikannya seorang yang saleh, ia lebih mencintai ayat-ayat Al-Qur’an sekaligus mengamalkannya. Sang budak pun dibebaskan.
Adalah budak miliki Ja’far ash-Shiddiq yang sedang menuangkan air ke tangan Ja’far di dalam baskom. Tanpa sengaja, air tersebut mengenai baju Ja’far. Kemudian Ja’far menatap budak tersebut penuh kemurkaan.
Sang budak berkata, “Wahai majikanku! (Allah SWT berfirman) “Dan orang-orang yang menyembunyikan rasa marah.”
Ja’far menjawab: “Aku telah meredam rasa emosiku.”
Budak berkata lagi: “Allah juga berfirman, Dan mereka yang memaafkan kesalahan orang”.
Ja’far menjawab: “Aku memaafkan kesalahanmu.”
Sang budak berkata lagi: “Allah berfirman, Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan”.
Yang diucapkan budak tersebut adalah surat Ali Imran ayat 134, sebagai berikut:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali ‘Imran: 134)
Lalu, Ja’far berkata: “Pergilah, kini engkau merdeka karena Allah, dan aku memberimu 1.000 dinar”.
Kisah ini dikutip dari buku berjudul “Mir’ah Qishshah min Qishashis Shalihin.” karya Muhammad bin Hamid bin Abdul Wahhab. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “99 Kisah Orang Shalih” yang diterbitkan Darul Haq.
Ada kisah lain sehubungan dengan ayat di atas, dalam Li Yaddabbaru Ayatih. Suatu ketika seseorang vertamu di rumah Maimun bin Mahram, dengan sesegera mungkin pembantu yang bekerja di rumah beliau datang melayani Maimun dan tamunya membawakan semangkuk gulai, tiba-tiba kakinya tergelincir dan kuah gulai itupun tumpah menyiram tubuh Maimun hingga basah.
Dengan gerakan spontan, Maimun hendak memukulnya, namun pembantunya segera mengingatkan Maimun, seraya berkata, “Wahai Tuanku, sampai sejauh mana engkau melaksanakan firman Allah Swt yang berbunyi : { وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ } “… dan orang-orang yang mengekang amarahnya.”.
“Itu sudah kulaksanakan,” jawab Maimun.
Kemudian pembantunya itu berkata kembali, “Bagaimana dengan ayat berikutnya : { وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ } “…dan saling memaafkan kesalahan orang lain”.
“Ya, sekarang kumaafkan kekhilafanmu itu” ucap Maimun.
Namun, pembantunya itu kembali melanjutkan ayat tersebut: { وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ } “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”. Atas kejadian seperti itu, akhirnya Maimun berkata, “Kini aku berbuat baik kepadamu, dengan membebaskan (memerdekakanmu) dirimu, semata-mata hanya karena Allah Swt.” (Aza/ tafsirweb)