Cinta kepada Allah SWT sungguh menyibukkan hati Abu Raihanah. Hatinya terpaut pada keabadian hidup dalam surga-Nya. Ia rindu janji-janji Allah hingga ia larut dalam ibadah dari waktu ke waktu.
Dalam keadaan baru pulang dari peperangan pun, Abu Raihanah, tak sempat meluruskan badan walau sejenak. Ke masjid, mengaji, hingga datang waktu subuh, ia beranjak pergi lagi. Ia pun luput pada istrinya hingga sang istri datang menggampiri, menanyakan haknya.
Diriwayatkan dari maula Abu Raihanah, dia berkata, “Abu Raihanah pulang dari suatu peperangan. Setibanya di rumah, beliau menemui istrinya dan makan malam. Setelah itu beliau minta diambilkan air (untuk) wudhu kemudian berwudhu. Lalu pergi shalat ke masjid dan membaca al-Qur’an. Setelah selesai membaca satu surat, beliau meneruskan membaca surat yang lainnya. Begitulah seterusnya.”
Kisah Subuh | Seseorang yang Keledainya Dihidupkan Lagi usai Berdoa
Ketika adzan subuh berkumandang, beliau kembali mengencangkan ikatan pakaiannya. Tiba-tiba istrinya datang dan berkata, “Wahai Abu Raihanah, engkau telah berperang dan memenangkan peperangan itu, lalu engkau datang menemuiku. Tetapi mengapa engkau tidak menggilirku dan membahagiakan aku?”
Abu Raihanah menjawab, “Benar. Demi Allah, tidak pernah terlintas dalam hatiku. Kalau saja aku ingat dirimu, pastilah engkau memperoleh hak dariku.”
Kisah Subuh | Pergilah, Kini Engkau Bebas
Isterinya bertanya, “Kalau demikian, apa yang menyibukkan dirimu wahai Abu Raihanah?”
Dia menjawab, “Hatiku senantiasa ingin sesuatu yang digambarkan Allah Ta’ala dalam surga-Nya. Pakaian yang indah. Kenikmatan serta kebahagiaan terus menerus jika telah tinggal dan menetap di dalamnya”.
Demikianlah, “hingga aku mendengar adzan subuh dikumandangkan.”
Kisah ini dikutip dari buku berjudul “Mir’ah Qishshah min Qishashis Shalihin.” karya Muhammad bin Hamid bin Abdul Wahhab. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “99 Kisah Orang Shalih” yang diterbitkan Darul Haq. (Aza)