Mayoritas ulama mengatakan bahwa surat Ar-Rahman adalah Makkiyyah, tetapi sebagian ulama menisbatkannya kepada periode Madaniyyah.
Guru Besar Universitas al-Azhar Syeikh Prof Abdul Hayy Al-Farmawi mengatakan, di antara keajaiban yang luar biasa dalam al-Qur’an, khususnya Surat Ar-Rahman. Sudah maklum, keajaban dalam surat ar-Rahman, salah satunya terkait juga dengan firman Allah ta’alaa berbunyi: “fa biayyi aalaa-I robbikumaa tukadz-dzibaan” (Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi, yang kamu dustakan?)
Ayat ini disebutkan dalam surat Ar-Rahman sebanyak 31 kali. Pengulangan ayat tersebut diklasifikasi menjadi empat bagian. Inilah makna dan kandungan Surat Ar-Rahman.
Bagian pertama sebanyak delapan kali pengulangan yaitu setiap ayat disebutkan setelah Allah SWT berfirman dengan ayat-ayat-Nya yang menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya baik di alam ini maupun dalam diri manusia.
Bagian kedua, setiap ayat disebutkan setelah Allah SWT berfirman dengan ayat-ayatnya yang menunjukkan peringatan dan ancaman terhadap siapa saja yang ingkar.
Bagian ketiga, disebutkan untuk memberi kabar gembira bagi siapa saja yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan juga menahan diri dari keinginan hawa nafsunya serta beriman dengan seluruh ayat-ayat Allah. Kepada mereka dijanjikan dua surga. Pada permulaan ayat 36 sampai akhir ayat 61 menggambarkan dua surga tersebut dan apa saja yang ada di dalamnya berupa berbagai nikmat yang membuat manusia bahagia dan memotivasi mereka untuk taat terhadap Allah.
Bagian keempat, Allah kembali memberi kabar gembira bagi siapa saja yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya serta beriman kepada seluruh ayat-ayat Allah, bahwa bagi mereka ada dua surga yang lain alias bonus dari dua surga sebelumnya.
Hal itu sebagai bentuk penghormatan dan anugerah untuk para wali-Nya yang shalih. Semoga Allah menolong kita sehingga kita menjadi golongan hamba-Nya yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah dan mendekatkan diri keharibaan-Nya.
Surat ar-Rahman menjelaskan bahwa Allah yang Maha Rahman mengajarkan Al-Qur’an kepada orang-orang yang terbuka nuraninya: “(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.” (QS ar-Rahman: 1-2).
Surat ini menetapkan bahwa Yang Maha Rahman menurunkan ilmu Al-Qur’an kepada manusia: “Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.” (QS ar-Rahman: 2). Allah menciptakan manusia dan jin, menundukkan bumi dan mukjizat-mukjizat-Nya kepada manusia, serta menetapkan bahwa jin dan manusia tidak abadi di bumi karena semuanya akan binasa sebagaimana firman-Nya, “Semua yang ada di bumi itu akan binasa,” (QS ar-Rahman: 26).
Orang-orang yang berdosa pasti dibalas sesuai perbuatan mereka dan orang-orang yang takut saat menghadap Tuhannya diberi balasan dua surga. Selain itu, ada dua surga lagi sebagaimana firman-Nya, “Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi,” (QS ar-Rahman: 62).
Dalam Surat ar-Rahman juga menggambarkan bahwa Allah menciptakan mukjizat kedua tempat terbit matahari dan kedua tempat terbenamnya; mukjizat pertemuan air tawar dengan air asin ketika sungai-sungai yang besar menumpahkan airnya ke dalam lautan, lalu air sungai yang tawar itu mengalir di samudera, menembus air laut dalam jangka waktu yang lama, namun keduanya tidak bercampur; mukjizat pembentukan mutiara dan marjan; mukjizat kapal besar yang berlayar di samudera luas lantaran Allah memuliakan manusia di atas makhluk lainnya, dan lantaran Allah memberinya kemampuan untuk berkreasi dan mencipta, bukan hanya kapal tetapi juga berbagai jenis teknologi yang kita lihat pada hari ini (ayat 17-25).
Allah menetapkan tinggalnya makhluk di dunia hanya sebentar, tidak satu pun dari mereka yang abadi di dalamnya (ayat 26-28). Sebaliknya, setiap penghuni langit dan bumi memperoleh eksitensinya dari Allah, sehingga tiada maujud yang sejati selain Allah. Fenomena-fenomena keagungan dan kebesaran-Nya tampak di dalam ciptaan tanpa henti-hentinya (ayat 29-30).
Semua makhluk tidak bisa lari dari tanggung jawab dan hisab pada hari Pembalasan (ayat 31-32), sebagaimana tidak ada tempat berlari dan berlindung bagi makhluk dari kekuasaan dan ketetapan Allah, kecuali kepada ketetapan-Nya (ayat 33-36). (Aza)