Al-Muzzammil adalah surat keempat dalam urutan turunnya wahyu, setelah Al-‘Alaq, Al-Qalam, dan Al-Muddatsir. Menurut suatu pendapat, surat ini adalah surat ketiga meskipun sebagian ayatnya turun belakangan.
Surat Al-Muzzammil berisi seruan kepada Nabi SAW untuk mulai memikul tugas risalah. Dalam surat ini, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi SAW beribadah, kemudian memerintahkannya bersabar terhadap gangguan kaumnya, memerintahkan tetap berdakwah, dan memerintahkan kepada Nabi SAW mengerjakan ibadah yang paling utama yaitu shalat malam.
Suatu malam Jibril ‘Alaihissalam turun dalam bentuknya yang asli datang kepada Rasulullah SAW dengan enam ratus sayapnya menutupi seluruh ufuk barat dan timur. Sampai Rasulullah SAW ketakutan dan meminta kepada istrinya Khadijah Radiyallahu ‘Anha untuk menyelimuti beliau.
Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Aisyah, hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas dan lain-lain. Setelah diturunkan surat al-Muzammil ayat 1-4 yaitu di mana kaum muslimin diperintahkan untuk bangun shalat malam, maka para sahabat pun melaksanakannya dengan tekun. Kejadian ini berlangsung selama setahun yang menyebabkan kaki mereka bengkak-bengkak. Maka turunlah ayat berikutnya al-Muzammil ayat 20 yang memberikan keringanan untuk bangun malam dan mempermudah bacaan shalat malam mereka.
Ibnu Katsir mengatakan, Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk meninggalkan selimut yang menutupi dirinya di malam hari, lalu bangun untuk menunaikan shalat malam atau qiyamul lail, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”. (QS As-Sajdah: 16)
Nabi SAW selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya seperti qiyamul lail. Hal itu hukumnya wajib khusus bagi Nabi SAW seorang, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Dan pada sebagian malam hari bersalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS Al-Isra: 79)
Dalam surat ini dijelaskan kadar waktu yang ia harus jalani untuk melakukan qiyamul lail (salat sunat malam hari). Allah SWT berfirman: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya). (QS Al-Muzzammil: 1-2)
Ada makna yang tersirat ketika Allah SWT memanggil Nabi dengan sebuatan al-Muzzammil. Makna tersiratnya; Nabi Muhammad SAW adalah sang pembawa risalah yang berat. Allah SWT memerintahkan Rasulullah bangkit membangun hubungan dengan Allah SWT.
Makna dan Kandungan Ayat
Allah SWT berfirman dari ayat 2 hingga ayat 7: “Bangunlah di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya). Satu perduanya atau kurangilah dari padanya sedikit. Atau lebih dari padanya. Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami (Allah) akan menurunkan kepada engkau perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih mantap dan bacaan lebih berkesan. Sesungguhnya bagi engkau pada siang hari, urusan yang panjang.”
Inilah bekal pertama yang Allah berikan untuk orang-orang ingin melanjutkan misi Rasulullah SAW. Jika dalam surah al-Muddatsir Allah SWT memotivasi, maka di surat ini Allah mengajarkan bekal-bekalnya.
Dalam tafsir as-Sa’di dikatakan bahwa Rasulullah SAW diperintahkan bangkit memulai semua aktivitasnya dengan beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya, pada malam itu adalah waktu yang tepat untuk khusyu.
Pada malam hari pula, bacaan yang dibaca lebih berkesan dan menyejukkan jiwa. Waktu malam itu tepat karena di waktu siang banyak urusan yang menyibukkan. Dalam surat al-Muzzammil ini, Allah SWT menyuruh Nabi untuk menyudahi urusan dunia karena telah terlalu banyak. Rasulullah SAW sendiri tidak menyukai ada pertemuan, acara, dan lain sebagainya setelah shalat isya. Rasulullah lebih banyak tidur setelah isya untuk menanti bangun mendirikan shalat tahajjud.
Bekal kedua untuk menjadi pejuang penerus risalah Rasulullah SAW adalah menyebut nama Allah SWT (zikir) dan beribadah. Pada ayat kedelapan, “Sebutlah nama Rab (Tuhan) engkau, dan beribadahlah kepada-Nya (kepada Allah) dengan sebenar-benar ibadah.”
Bekal ketiga, Allah SWT menjelaskan sisi lain dari diri-Nya, yaitu Tuhan masyrik dan magrib atau Tuhan tempat terbitnya matahari di timur dan terbenamnya matahari di barat. Dengan dua tekanan itu, tidak ada sesembahan selain Dia, maka outputnya adalah jadikanlah Allah sebagai sandaran dan pelindung. Ini ada pada ayat kesembilan, “Rab (Tuhan) masyrik dan maghrib, tiada Ilah (Tuhan) melainkan Dia (Allah), maka ambillah Dia (Allah) sebagai pelindung.”
Pada ayat ke-10, Allah SWT berfirman, “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” Inilah bekal keempat yaitu menghadapi berbagai macam tantangan dengan bersabar. Ucapan keji, tuduhan, fitnah, adalah bentuk-bentuk tantangan yang dihadapi Rasulullah SAW hingga kepada umatnya sekarang ini. Setelah bersabar, jauhilah para penentang agama atau penyebar fitnah itu dengan cara yang beradab.
Selanjutnya, ayat 20 Surat Muzzammil menekankan, setelah ayat ini turun makan Rasulullah SAW berkata kepada ‘Aisyah, “Mulai hari ini tidak ada lagi tidur panjang di malam hari”. Para sahabat pun mengikuti. Pada awalnya shalat tahajjud itu wajib, tapi melihat kondisi sahabat seperti itu, di ayat 20 ini para ulama menafsirkan dihapuslah kewajiban shalat malam yang ada di ayat pertama surat al-Muzzammil. Ayat pertama di surat yang sama dihapus oleh ayat terahir, dan yang dihapus adalah hukum wajibnya. Tapi hukum sunnah muakkadah-nya dan kemuliaanya masih sangat kuat.
Kata al-Muzzammil berarti al-mutalaffif atau al-multahif (yang berselimut). Surat ini dimulai dengan seruan kepada Nabi untuk bangun di sebagian malam sebagai langkah awal menuju kenabian. Penutup surat ini kembali kepada titik permulaannya, yaitu fokus kepada manfaat-manfaat qiyamullail, dan orang-orang mukmin menjalaninya pada waktu dimana konsentrasi mereka bukan pada lamanya waktu yang mereka habiskan dalam qiyamullail.
Maka, Allah Ta’ala menerima taubat mereka, dan memberi keringanan kepada mereka dengan cukup membaca al-Qur’an yang mudah. Karena di antara mereka ada yang sakit lagi lemah fisiknya, ada yang bepergian untuk mencari rezeki yang halal, ada yang berjihad di jalan Allah.
Allah tidak meletakkan beban berat pada mereka. Karena itu, ayat terakhir ini mendorong mereka untuk melakukan amal-amal kebaikan demi akhirat mereka dengan cara memberi sedekah dan beristighfar atas dosa-dosa mereka. (Aza)