Hadits Arbain yang ke-37 ini menunjukkan sebuah hadits yang mulia dan agung. Rasulullah SAW memberikan kabar kepada kitra semua agar tak putus-putusnya melakukan satu kebaikan, apa pun itu.
Dan di setiap satu kebaikan yang disertai dengan keimanan dan keikhlasan, maka akan dibalas 10 kebaikan hingga 700 kali lipat. Bahkan, balasan dari Allah Ta’ala tak terhingga dan tak terhitung jika Allah berkehendak. Itu baru satu kebaikan. Bagaimana jika kita terus menerus melakukan kebaikan, menolong orang yang membutuhkan, melindungi orang yang lemah, mengeluarkan harta benda di jalan Allah, mengajarkan al-Qur’an, dan seterusnya.
Semua itu mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT. Bahkan, meski baru diniatkan, balasan kebaikan dari Allah Azza wa Jalla sudah diberikan. Meski begitu, sebuah niat kebaikan jangan berhenti karena implementasinya jauh lebih dahsyat. Simak hadits di bawah ini:
عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ رسول الله صلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ: (إِنَّ الله كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ؛ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمائَةِ ضِعْفٍ إِلىَ أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ. وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ له سَيِّئَةً وَاحِدَةً) رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dari Rasulullah, beliau bersabda tentang sesuatu yang beliau riwayatkan dari Rabbnya Tabaraka wa Ta’ala: “Sesungguhnya Allah menetapkan adanya kebaikan dan kejelekan, kemudian Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat untuk mengerjakan amal kebaikan namun belum terlaksana, maka Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Dan jika dia berniat untuk kebaikan dan mengerjakannya, maka Allah akan catat baginya dengan 10 kebaikan hingga 700 kali lipat, bahkan sampai berlipat–lipat banyaknya. Sebaliknya, apabila dia berniat untuk mengerjakan amalan kejelekan namun belum terlaksana, maka Allah akan catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Dan apabila dia berniat untuk kejelekan dan mengerjakannya, maka Allah akan mencatat baginya satu kejelekan saja.” (HR al-Bukhari no 6491 dan Muslim no 131)
Makna Kata dan Istilah:
1. (فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ) Barang siapa berkeinginan melakukan kebaikan
2. (فَلَمْ يَعْمَلْهَا)) Dan tidak melakukannya
3. (كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ) Allah mencatatnya di sisi-Nya, yakni Allah memerintahkan kepada dua malaikat pencatat untuk mencatatnya (Penyebutan di sisi-Nya adalah untuk pemuliaan
4. (وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا) Jika ia berniat melakukan keburukan tetapi ia tidak melakukannya. Ia meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka ALlah mencatat untuknya satu kebijakan penuh.
5. (وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ له سَيِّئَةً وَاحِدَةً) Dan jika ia berniat melakukan keburukan lalu ia mengerjakannya, maka Allah mencatat untuknya satu keburukan.
Allah SWT berfirman dalam Qur’an:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS An-Nisa: 40)
Syekh Abu Bakar Jabir al-Jazairi mengatakan, Allah SWT menyebutkan keadilan dan rahmat-Nya dalam memberikan balasan. Di akhirat nanti, Allah SWT tidak berlaku zalim kepada hamba-Nya sebesar dzarrah pun. Dzarrah adalah bagian terkecil dari sesuatu. Allah Ta’ala tidak akan mengurangi satu bagian dari kebaikan yang telah dilakukan dan tidak menambahkan keburukan di dalam hitungan amal buruk yang telah dilakukan. Jika pun ada satu kebaikan dari seorang mukmin, akan dilipatgandakan berkali lipat dari apa yang telah dia amalkan. Allah Ta’ala memberikan ganjaran tanpa menukar pahala lain serta tidak mengurangi takarannya.
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa sebuah amalan pada dasarnya balasan sebuah amal kebaikan tak berbatas. Adapun redaksi hadits yang mengatakan “baginya dengan 10 kebaikan hingga 700 kali lipat”, maksudnya bukan untuk pembatasan, karena Allah akan melipatgandakan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memberikan dari sisi-Nya apa yang tak terhitung dan tak terhingga.
Pendapat Imam ad-Daraqutni
Dalam Syarah Hadits Arbain An-Nawawi, Imam ad-Daraqutni berkata, hadits di atas menunjukkan karunia Allah SWT sangat besar dengan memberikan pahala kebaikan pada setiap satu niat kebaikan dari hamba-Nya. Sementara sebuah niat kejahatan dan tidak dilakukan, tidak diberikan ganjaran dosa atas apa yang telah diniatkan.
Karena itu, hendaknya kita menimbang-nimbang setiap kali ingin melakukan sesuatu, apakah akan berdampak baik atau buruk. Jika berdampak pada keburukan, hentikanlah karena Allah SWT semata. Adapun niat yang sudah jelas buruk, maka hal tersebut juga jelas sebagai keburukan yang seharusnya ditiadakan walaupun masih sebatas niat. Karena energi keburukan akan hadir dalam implementasi keseharian jika hati tidak mampu memfilter keburukan-keburukan.
Pendapat Syekh As-Sa’di
Dalam Dalam Syarah Hadits Arbain An-Nawawi, Syekh As-Sa’di mengatakan, Nabi SAW menjelaskan prinsip yang ringkas dan padat, bahwa semua amal saleh, perkataan atau perbuatan, nampak atau tak nampak, semuanya akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat, bahkan berkali-kali lipat.
Hal ini menunjukkan betapa luasnya karunia Allah Ta’ala serta betapa luasnya kemurahan dan kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Bukti kasih sayang-Nya adalah memberikan balasan pada satu kejahatan atau satu kedurhakaan dengan satu balasan.
Sementara untuk kebaikan, Allah memberikan balasan yang belipat ganda. Balasan yang banyak tersebut diberikan karena kekuatan iman seorang hamba dan kesempurnaan keikhlasan. Karenanya, tak diragukan lagi, setiap kebaikan hendaknyalah didasari pada keimanan serta keikhlasan yang kuat semata-mata karena Allah Ta’ala.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ Ayat 100:
۞ وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Aza)