Di serambi Baitul Maqdislah sesosok bayi perempuan nan cantik itu dilahirkan. Wanita surga ini, oleh ibunya diberi nama Maryam yang berarti “wanita ahli ibadah.”
Sebagaimana Allah Ta’ala menerangkan dalam firman-Nya: “Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata, ‘Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada Engkau daripada setan yang terkutuk.” (QS. Ali Imrân [3]: 36)
Selanjutnya Maryam diserahkan kepada pamannya Zakaria AS. Gadis suci ini dibesarkan di sudut Baitul Maqdis. Pada bagian bawah Baitul Maqdis ini terdapat bilik Maryam. Hari-harinya dihabiskan dengan senantiasa beribadah dan berdzikir mengagungkan Allah SWT. Keanehan terjadi, setiap kali pamanya menghantar makanan didapatinya telah tersedia makanan di biliknya dengan aneka buah-buahan.
“Maka Tuhannya menerimanya sebagai nadzar dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pengasuhnya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Wahai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.”(QS. Ali Imrân [3]: 37)
Ketika telah menginjak dewasa, suatu hari Maryam pulang ke kampungnya di Nazareth. Di sinilah awal dirinya mendapat amanat agung, bahwa dia akan mengandung seorang putra yang tak lain adalah Nabi Isa AS. Allah SWT abadikan kisah ini di dalam Al-Qur’an, firman-Nya, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (di masanya).” (QS. Maryam [19]: 42)
Juga firman-Nya, “Ingatlah, ketika Malaikat berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan dengan kalimat yang datang dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Maryam[19]: 45)
Fenomena langka tersebut kontan membuat Maryam terkejut dan bingung tak terkira, ditambah pula penampakan malaikat Jibril yang menghampirinya. Ini seperti yang tersurat dalam firman Allah Ta’ala: “Maryam berkata, ‘Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.’ Allah berfirman dengan perantaraan Jibril, ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: Kun fayakun ‘Jadilah’, lalu jadilah ia.” (QS. Maryam [19]: 47)
Maka, Allah Ta’ala menunjukkan kebesaran-Nya dengan meniupkan Roh melalui malaikat Jibril ke dalam rahim Maryam. Setelah beberapa saat lamanya, Maryam pun kembali pulang ke Jerusalem dalam keadaan mengandung. Di sinilah bermula keimanan dan ketakwaan Maryam diuji dengan beragam fitnah yang menghujani dirinya. Masyarakat mulai mencurigainya berbuat serong, menuduhnya berbuat zina, dsb. Lalu dengan petunjuk Allah, ia pun pergi ke arah timur menuju satu tempat yang jauh. “Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS. Maryam [19]: 22)
Kemudian sampailah ia pada suatu tempat di Bethlahem, sebuah kota Palestina yang terletak di Tepi Barat, dalam keadaan hamil tua yang tinggal menunggu saat-saat melahirkan dalam kondisi lemah dan lelah. Namun, dengan keimanan dan ketakwaannya yang kokoh terpatri kepada Allah Ta’ala “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia berucap, ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.” (QS. Maryam [19]: 23)
Allah SWT tak membiarkan hamba-Nya sendiri dalam penderitaan, maka dikirimlah bantuan melalui malaikat Jibril AS. “Maka menyerulah dia (Jibril) kepadanya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kau bersedih hati. Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan di dekatmu sebuah anak sungai. Dan goyanglah pangkal pokok korma itu ke arahmu. Niscaya pokok korma itu akan menggugurkan kepadamu korma yang masak ranum. Maka makanlah dan minumlah dan senangkanlah hatimu. Maka jika engkau melihat ada seorang manusia, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernadzar di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih, maka sekali-kali tidaklah aku bercakap-cakap, sejak hari ini dengan seorang manusia pun.”(QS. Maryam[19]: 24- 26)
Dengan demikian, Nabi Isa AS pun dilahirkan di Bethlahem, dengan kelebihan-kelebihan yang dibekalkan Allah Ta’ala padanya. Di antaranya, bahwa dia yang masih bayi merah itu mampu berbicara dengan fasih layaknya anak yang sudah besar. “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam [19]: 33)
Maka dengan ini, Maryam, ibundanya, kembali tersenyum atas segala karunia Allah SWT yang luar biasa itu. Selanjutnya, “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (QS. Maryam [19]: 27)
Walau hujatan dari kaumnya belum juga sirna, malahan semakin menjadi-jadi, namun dengan kehadiran putranya itu ia mampu melewati itu semua. “Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Berkata Isa, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” ( QS. Maryam[19]: 18- 30)
Kebahagiaan baru telah menghampiri Maryam bersama putranya, Isa AS. Hingga akhirnya ketika Isa telah dewasa, Maryam pun wafat dalam perjalanan mensyiarkan agama Allah, serta dimakamkan di bukit Qumran di sebelah barat laut mati wilayah Palestina.
Menurut beberapa riwayat dia meninggal dalam keadaan duduk berdzikir sendiri, tanpa keberadaan putranya Isa di sisinya. Dan, jenazahnya dimandikan oleh para bidadari yang Allah turunkan dari surga, sedang yang menggali kubur dan menshalatkannya adalah malaikat Mikail, dan malaikat Jibril AS.
Begitulah profil wanita suci ini di sisi Allah, di dunia terus menerus mendapat cobaan bertubi-tubi tak kenal situasi, bahkan dihina dan dicaci oleh orang banyak. Tetapi di langit ia sungguh mulia! Wallahu A’lam. (Aza)