Indonesiainside.id, Jakarta – Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Melani Abdulkadir Sunito mengatakan, Kebun Raya Bogor merupakan ekosistem yang sudah terbentuk selama lebih dari 200 tahun. Dalam proses itu, Kebun Raya Bogor mengelola diri sangat luar biasa ketika menghadapi berbagai tekanan dari luar. Untuk itu, dia berharap semua pihak tidak menambah tekanan lagi dari dalam.
Melani yang juga dosen Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB mengatakan, rencana pemasangan lampu sorot (glow) untuk atraksi wisata malam akan memberikan tambahan tekanan lingkungan bagi Kebun Raya Bogor.
“Saya agak khawatir bahwa ekosistem ini akan runtuh seperti jerami diletakkan di keledai yang sangat keberatan dengan segala bebannya,” kata Melani dalam Webinar Arsitektur Lanskap IPB: Apa Kata Mereka Tentang Kebun Raya di Jakarta, Rabu (29/9).
Menurut dia, aktivitas-aktivitas yang memberi tekanan dari dalam tidak cuma glow, jalan gico yang disemen dan semua perubahan akan memberikan tekanan yang merusak ekosistem Kebun Raya Bogor. Dia menuturkan, seluruh pengembangan yang dilakukan untuk kebun raya semestinya memikirkan dampak terhadap kebun raya.
Dia menuturkan otentisitas dari Kebun Raya Bogor juga harus dijaga. Kebun Raya Bogor hendaknya tidak dilihat sebagai taman rekreasi biasa semata, karena kebun raya tersebut memiliki nilai historis dan fungsi strategis yang penting bagi lingkungan dan manusia.
“Kebun raya yang berusia 200 tahun ini tidak bisa disamakan dengan berbagai kebun raya yang lain yang usianya jauh lebih muda,” tuturnya.
Kebun raya mengusung lima tugas dan fungsi penting, yaitu konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah dan jasa lingkungan. Ketiga fungsi pertama merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi acuan bersama seluruh kebun raya di dunia
Melani mengajak untuk membangun sebanyak-banyaknya kebun raya sehingga menjadi ruang hijau di mana bisa bernafas dengan baik dan bisa mendukung upaya untuk mengatasi krisis ekologi.
Melani menuturkan perlunya perubahan paradigma untuk menggeser cara berelasi dengan alam, yang dapat dimulai dengan kebun raya, sehingga memiliki cara pandang yang lebih holistik dan berimbang untuk peduli dan menjaga keberlanjutan kebun raya. Dia tidak ingin ada paradigma yang semata-mata ingin menghasilkan pendapatan dari pengelolaan kebun raya.
“Kami bersama teman-teman yang bergabung di dalam komunitas peduli Kebun Raya Bogor itu menyusun petisi dengan sangat jelas kita mengatakan stop glow dan dukung pengusungan World Heritage untuk kebun raya,” ujarnya. (Aza/Ant)