Pada tulisan zikir pagi dan sore 5 ini, terkait dengan kalimat yang diajarkan Nabi kepada istrinya: Juwairiyah.
Pada suatu pagi, usai shalat Shubuh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah Juwairiyah. Sedangkan Juwairiyah masih dalam tempat shalatnya. Setelah itu, tak lama kemudian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali setelah terbit fajar (pada waktu dhuha), sedangkan Juwairiyah masih duduk di tempat shalatnya. Setelah itu, Rasulullah menyapanya: “Ya Juwairiyah, kamu masih belum beranjak dari tempat shalatmu?” Juwairiyah menjawab: ‘Ya. Saya masih di sini, di tempat semula ya Rasulullah.’
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Setelah keluar tadi, aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata -sebanyak tiga kali- yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian tentu akan sebanding, yaitu:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
SUBHAANALLOOHI WABIHAMDIHI, ‘ADA KHOLQIHI WARIDHOO NAFSIHI WAZINATA ‘ARSYIHI WAMIDAADA KALIMAATIHI.
“Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridlaan-Nya, menurut arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya.” (HR. Muslim)
Hadits ini statusnya Shahih dan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai zikir pagi dan sore. Selain Muslim, hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Huazaimah dan Ibnu Hibban.
Dalam kitab “Subulus Salam” (II: 704), Imam Ash-Shan’ani menjelaskan bahwa makna Subhanallah adalah penyucian atau permbersihan dari yang tak layak bagi Allah berupa kekurangan. Kata-kata ini menafikan sekutu, sahabat, anak dan seluruh yang tak layak bagi Allah. Kata tasbih, kadang juga digunakan untuk makna zikir shalat sunnah.
Sedangkan kata “adada khalqihi” (sejumlah makhluk-Nya), mencakup apa yang di langit dan bumi, dunia dan akhirat. Demikian juga sejumlah orang yang diridai Allah dari kalangan para Nabi, shiddiqin (orang-orang yang banyak membenarkan dan jujur), para syuhada dan orang-orang shalih. Ridha Allah kepada mereka tidak akan terputus.
Maha Suci Allah juga yang timbangan Arsyi-Nya tidak ada yang mengetahui beratnya kecuali Allah. Maha Suci Allah yang mana tinta kalimat-Nya bagaikan lautan. Maksud kalimat di sini adalah pengetahuan dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas dan tak pernah habis.
Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al-Kahfi [18]: 109)
Setelah menjelaskan hadits ini, Imam Ash-Shan’ani menulis pelajaran penting bahwa hadits ini menjelaskan keutamaan kalimat-kalimat yang diajarkan Nabi kepada Juwariyah. Orang yang membacanya, mengetahui keutamaan mengulang-ulang kalimat ini dengan jumlah yang disebutkan nabi, yaitu tiga kali. (MBS)