Memasuki musim hujan di pengujung tahun ini, banyak sekali prediksi terkait potensi dan ancaman bencana. Ancaman bencana laut, udara, dan daratan.
Pada kondisi ancaman bencana menganga, tak ada solusi dan pegangan yang lebih kuat kecuali bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, dalam kondisi tali sendal terputus pun, Nabi sudah mengajarkan kita untuk meminta pertolongan Allah SWT. Bisa dibayangkan, orang yang beriman, tak ada tempat bergantungnya kecuali kepada Allah, bahkan dalam kondisi -yang dianggap- sepele pun.
Aisyah ra mengatakan:
سَلُوا اللَّهَ كُلَّ شَيءٍ حَتَّى الشِّسعَ
“Mintalah kepada Allah bahkan meminta tali sendal sekalipun” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/42, Al Albani berkata: “mauquf jayyid” dalam Silsilah Adh Dha’ifah no. 1363)
Kalau tali sendal putus saja minta tolongnya kepada Allah, terlebih sesendok garam. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan:
وكان بعض السلف يسأل الله في صلاته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته
“Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya” (Jami’ Al Ulum wal Hikam, 1/225).
Meminta petolongan kepada Allah SWT, bukan soal sepele atau tidak, bukan ringan dan berat. Namun, yang harus ditekankan adalah kekuatan iman dalam dada. Sekuat apakah tauhid kita kepada-Nya? Dua contoh di atas adalah bentuk pengutaan secara tauhid agar kita sungguh-sungguh dalam meminta pertolongan kepada-Nya. Karena hanya pada manusia yang merasakan beratnya masalah atau musibah. Bagi Alah Azza wa Jalla, tak ada perkara yang sulit, berat, dan susah, semuanya ringan dan mudah.
Karena itu, jangan hanya datang dan dekat kepada Allah SWT saat mendapati perkara besar atau masalah berat saja, tetapi abai dalam hal kecil atau sepele. Terlebih lagi, jangan sombong sekecil apa pun masalah itu. Karenanya, dari hal sekecil tali sendal dan sesendok garam, rasakan dan yakinilah bahwa kita tak punya kuasa.
Simaklah fakta ini. Begitu banyak prediksi atas ancaman bencana di pengujung tahun ini. Hari ini, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat meningkatkan kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi.
La Nina lemah yang terdeteksi pada Oktober 2021 diprakirakan menguat pada November dan Desember dan menjadi La Nina moderat pada akhir tahun 2021 hingga Februari 2022. Sebagaimana yang terjadi pada akhir tahun lalu, fenomena La Nina dapat menyebabkan peningkatan curah hujan yang bisa memicu terjadinya bencana hidrometerologi di wilayah Indonesia.
Kondisi ini meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang, banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Tak hanya petani, nelayan, dan lainnya yang harus waspada. Tetapi orang-orang beriman semuanya, harus meyakini bahwa segala sesuatunya datangnya dari Allah SWT, maka kepada-Nya pula pertolongan dan perlindungan dimohonkan.
Fakta kedua. BMKG mencatat terjadi rentetan gempa bumi di Salatiga, Banyubiru, Bawen dan Ambarawa, Jawa Tengah, sejak Sabtu dinihari pukul 00.32 WIB yang dipicu oleh sesar aktif. Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo.
Episenter gempa terletak pada koordinat 7,296 LS dan 110,38568 BT tepatnya di darat pada jarak 13 km arah Barat laut Kota Salatiga dengan kedalaman hiposenter 6 km. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa memiliki magnitude 3,0 diikuti tujuh kali rentetan gempa susulan (aftershocks), dengan magnitudo 2,9 kemudian 2,5 selanjutnya 2,5 lalu 2,6 dan 2,1 serta 3,0 dan 2,7 yang terjadi pukul 6.44.56 WIB.
Berdasarkan peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, tampak bahwa dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Ambarawa, Salatiga, Banyubiru, dan Bawen dalam skala intensitas II MMI dimana guncangan dirasakan oleh orang banyak dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Fakta ketiga. BMKG menyebutkan Bali menghadapi bahaya yang serupa dan bisa berulang-ulang. Kalau dibuka catatan sejarah gempa di Bali yang dahsyat 22 November 1815, lereng-lereng perbukitan di Bali sudah mengalami longsor dan menelan korban jiwa. Demikian disampaikan Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Gempa dahsyat yang terjadi pada tahun 1815 itu, juga menyebabkan rekahan tanah di Bali telah tersebar di banyak tempat. Bahkan ada yang sampai memotong Danau Tamblingan dan menyebabkan banjir besar. Kemudian, gempa bumi di Bali yang terjadi pada 21 Januari 1917, sekitar 80 persen dari jumlah korban gempa disebabkan oleh longsoran. Dengan jumlah korban jiwa sebanyak lebih dari 1.500 orang.
Selain likuefaksi (pencairan tanah), pada Gempa Seririt yang terjadi saat 14 Juli 1976, juga menyebabkan banyak rekahan tanah dan longsoran tebing bermunculan di Pupuan, Tabanan, Bukit Geger juga Buleleng.
Melihat gempa bumi yang kuat dan dampak ikutan terjadi secara berulang di dekat Gunung Agung dan Gunung Batur, semua diminta mengantisipasi dan melakukan mitigasi.
Dari tiga fakta di atas, bencana memang sudah menganga. Pihak berwenang sudah tepat dengan memberikan peringatan dan prediksi secara ilmiah dan keilmuan. Islam tidak bertentangan dengan konsep ilmu pengetahuan tersebut. Bahkan, kita dianjurkan untuk mengikuti saran-saran dari sisi ilmu pengetahuan karena dapat diyakini, hukum Allah tidak bertentangan dengan apa pun yang ada di muka bumi ini.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti“. (al Israa/17 : 59)
Allah SWT juga berfirman:
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al Qur`an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu“. (Fushilat/41 : 53)
Kemudian, dalam Surat al-An’am, Allah SWT berfirman:
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Dia (Allah) Maha Berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebahagian yang lain“. (al-An’am/6:65)
Allah SWT berfirman:
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri“. (an Nisaa/4:79)
Hanya jalan taqwa yang bisa mengatasi persoalan kecil atau pun besar yang dihadapi seorang hamba, sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (al-A’raaf/7:96)
Karena itu, hanya berpegang teguh kepada agama-Nya seseorang bisa selamat serta bahagia di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu. (al-Anfâl/8:24)
Allah SWT juga berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Hûd/11:3) (Aza)
