Kisah berikut diceritakan oleh Wahab bin Munabbih mengenai penguasa diktator yang hancur lebur bersama istananya. Sehingga ia mendapatkan sad ending atau suul-khatimah (akhir yang buruk).
Suatu hari ada seorang raja –yang terkenal diktator– membangun istana sedemikian megah. Tak dinyana, ada seorang perempuan tua fakir yang membangun gubuk di sebelah istananya yang ia gunakan untuk sekadar berteduh.
Pada lain waktu, sang penguasa diktator ingin mengelilingi istana megahnya. Betapa kagetnya ia, ketika di samping istananya ada gubuk yang tentu saja ia anggap mengotori keindahan istananya.
“Gubuk ini milik siapa?” tanyanya kepada orang terdekat. Ada yang menjawab bahwa itu milik perempuan tua yang digunakan untuk berteduh. Ternyata, sang penguasa diktator hatinya tak tergerak untuk membantu dan tak bersikap lemah lembut, tapi malah memerintahkan pesuruhnya untuk menghancurkannya.
Tak lama setelah itu, nenek pun datang dan ketika melihat gubuknya hancur, ia begitu sedih. Kemudian, ia seketika itu juga bertanya kepada orang yang dilihatnya, “Siapa yang telah menghancurkan gubukku?”
Ada yang menjawab, “Yang telah menghancurkannya adalah raja yang memiliki istana megah ini.” Setelah mendengar jawaban itu, sang nenek pun menengadahkan kepalanya ke langit, seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, saat aku tidak ada di rumah, lalu kemakanah Engkau?”
Pengaduan nenek ini langsung didengar sehingga Allah memerintahkan malaikatnya untuk segera menghancurkan istana termasuk segala isinya demikian juga penguasa diktator itu. Dan Jibril pun melaksanakannya. Kisah ini dinukil oleh Mahmud Al-Mishri dari buku at-Tabshirah karya Ibnu Jauzi (1/85).
Memang, menjadi pemimpin atau penguasa dalam Islam tidak boleh otoriter dan sewenang-wenang. Di samping itu harus peduli kepada rakyatnya ketika mereka membutuhkannya. Suatu hari Nabi pernah bersabda:
مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ، وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ، احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ، وَفَقْرِهِ
“Barangsiapa yang Allah ‘azza wa jalla serahkan kepadanya sebagian urusan kaum muslim kemudian ia menutup diri dari melayani kebutuhan mereka dan keperluan mereka, maka Allah menutup diri darinya dan tidak melayani kebutuhannya, serta keperluannya.” (HR. Abu Dawud)
Kelak di hati kiamat pun, sebagaimana penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melipat langit. Setelah itu, Allah akan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya sambil berkata: ‘Akulah Sang Maha Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang selalu berbuat sewenang-wenang? Dan di manakah orang-orang yang selalu sombong dan angkuh? ‘ Setelah itu, Allah akan melipat bumi dengan tangan kiri-Nya sambil berkata: ‘Akulah Sang Maha Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang sering berbuat sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong? ‘” (HR. Muslim)
Beberapa hadits itu menunjukkan bahwa penguasa, pemimpin otoriter dan sewenang-wenang kepada rakyatnya serta tak mau membantu kebutuhan mereka itu tercela. Dan nasib buruk akan menimpanya sebagaimana penguasa diktator yang hancur lebur bersama istananya. Kalau pun di dunia tidak celaka, maka kelak di akhirat akan mendapatkan balasannya. (MBS)