Indonesiainside.id, Guayaquil—Sebuah baku tembak berkepanjangan antara geng-geng saingan di dalam penjara terbesar Ekuador menewaskan sedikitnya 68 narapidana dan melukai 25 pada hari Sabtu. Sementara pihak berwenang mengatakan butuh bebera hari untuk mendapatkan kembali kendali di Lembaga Pemasyarakatan Litoral, yang baru-baru ini menyaksikan pertumpahan darah penjara terburuk di negara itu.
Aksi pembunuhan itu meletus sebelum fajar di penjara di kota pantai Guayaquil dalam apa yang dikatakan para pejabat sebagai pecahnya pertempuran terbaru di antara geng-geng penjara yang terkait dengan kartel narkoba internasional. Video yang beredar di media sosial menunjukkan tubuh, beberapa dibakar, tergeletak di tanah di dalam penjara.
Sejumlah narapidana bertengkar dan membuat kerusuhan di antara mereka sendiri menggunakan senjata api, termasuk pistol dan bahan peledak serta pisau di penjara, kutip AFP. Insiden dilaporkan masih berlangsung dan suara tembakan terdengar di sekitar penjara.
Kerusuhan terjadi sekitar pukul 19.00 waktu setempat kemarin saat sejumlah napi mencoba masuk ke Blok 2 kompleks Lapas. Blok itu menampung ‘musuh’ mereka dan segera setelah daerah itu diserang, sekelompok tahanan melepaskan tembakan dan meledakkan bahan peledak.
Kondisi tersebut membuat aparat kepolisian dikerahkan ke lokasi kejadian. Polisi menginformasikan, mereka membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menenangkan situasi menyusul kerusuhan yang parah dan mereka tidak ingin membahayakan nyawa anggota.
Kantor kejaksaan Ekuador mengatakan di Twitter bahwa 25 tahanan juga terluka dalam insiden itu.
Ekuador memiliki sekitar 40.000 narapidana di sistem penjaranya, yang jauh di atas kapasitas 30.000 orang. Dari jumlah tersebut, 15.000 belum dihukum. Pihak berwenang di Ekuador mengklaim akan menangani kepadatan penjara dengan memberikan pengampunan, merelokasi narapidana dan memindahkan beberapa narapidana asing kembali ke tanah air mereka.
Gubernur Guayas juga mengatakan Ekuador akan menerima bantuan internasional dari negara-negara seperti Kolombia, Amerika Serikat, Israel dan Spanyol untuk menangani krisis di penjara-penjaranya. Bantuan tersebut akan berupa sumber daya dan logistik, kutip nbcnews. (NE)