Indonesiainside.id, Jakarta – Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mewanti-wanti masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan meski kasusnya melandai. Hal ini karena angka reproduksi number (Rt) Covid-19 di Tanah Air meningkat dibanding sebelumnya.
“Angka reproduksi atau reproduction number (Rt) meningkat 0,96 dari 0,01 pada minggu sebelumnya,” Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (16/11).
Semakin tinggi angka reproduksi menunjukkan semakin besar pula peluang jumlah kasus positif yang terjadi. Reproduction number merupakan jumlah rata-rata banyak orang yang terinfeksi akibat terpapar dari satu orang yang positif.
Angka reproduksi ini mampu menggambarkan kemampuan penyebaran suatu penyakit. Angka Rt di Pulau Jawa sejauh ini memang masih di bawah satu.
“Tetapi jika dilihat lagi secara mendalam, angka Rt pulau Jawa-Bali dan Kalimantan mengalami kenaikan,” katanya.
Dikatakannya, selain angka-angka kasus, kematian, dan fatalitas penyakit, angka reproduksi juga penting untuk menjadi dasar kebijakan pengendalian Covid-19.
Wiku menjelaskan, umumnya setiap jenis penyakit memiliki basic reproduction number (R0), yakni jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus infektif pada populasi sepenuhnya rentan. Ro biasanya digunakan di awal adanya kasus untuk menunjukkan potensi besarnya pandemi.
“Contohnya R0 untuk virus Covid-19 varian original dari Wuhan yaitu 2,4 hingga 2,6. Angka itu menunjukkan satu orang kasus positif rata-rata dapat menularkan kepada dua sampai tiga orang lain di sekitarnya setelah melakukan interaksi,” katanya.
Sedangkan Re/Rt adalah jumlah kasus baru yang tertular dari satu kasus terinfeksi pada populasi yang memiliki kekebalan sebagian atau setelah adanya intervensi. Biasanya Re/Rt digunakan untuk evaluasi penyebaran penyakit, yaitu di masa sekarang ini.
Ia menambahkan, umumnya angka reproduksi di atas satu menyebabkan penambahan kasus yang berlipat atau eksponensial.
“Angka satu menyebabkan penambahan kasus yang cenderung stagnan, dan angka di bawah satu secara gradual akan menginfeksi lebih sedikit orang dan akhirnya dapat menghentikan perluasan penyakit dalam suatu kondisi tertentu layaknya epidemi karena semakin sedikitnya jumlah kasus positif baru maupun bertambahnya jumlah kesembuhan kasus positif seiring waktu dan pengobatan yang dijalani,” katanya.
Ditegaskannya, penetapan besar angka reproduksi suatu penyakit dilakukan oleh para ilmuwan untuk menggambarkan tingkat penularan berdasarkan data-data di lapangan, yaitu angka kematian, keterisian tempat tidur di rumah sakit, serta positivity rate.
“Data angka reproduksi terkini dapat menjadi pembelajaran baru bagi Pemda untuk dapat membaca tingkat penularan Covid-19 dari aspek epidemiologis yang lebih spesifik,” katanya.
Karena, untuk memahami penyakit seperti Covid-19 memerlukan data dan basis ilmiah untuk menghasilkan kebijakan yang efektif.
Wiku meminta kepada seluruh lapisan masyarakat lebih waspada apalagi adanya varian baru yang memiliki reproduction number yang lebih tinggi.
“Reproduction number akan sangat dinamis tergantung seberapa baik intervensi yang kita lakukan, baik dengan protokol kesehatan 3M, upaya 3T, maupun vaksinasi,” katanya.
Menurutnya, salah satu upaya yang dapat mencegah munculnya penularan baru secara massif Covid-19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu juga melakukan vaksinasi hingga upaya 3T sehingga mampu menurunkan angka reproduksi sehingga laju infeksi menurun.
“Kita perlu kembali mengencangkan pengendalian untuk mencegah gelombang kasus baru di tahun depan,” tegasnya. (Nto)