Indonesiainside.id, Moskow – Setidaknya 52 orang dilaporkan tewas dalam bencana pertambangan terburuk di Rusia dalam satu dekade terakhir.
Insiden itu terjadi ketika debu batu bara di poros ventilasi terbakar pada hari Kamis. Akibatnya, asap kebakaran masuk ke dalam tambang Siberia dan menewaskan 11 orang.
Menjelang sore, operasi penyelamatan dilakukan untuk mencapai puluhan penambang yang belum ditemukan namun berubah menjadi malapetaka ketika tim SAR tercekik oleh udara yang penuh asap di lokasi. Tim itu juga menghadapi risiko ledakan karena kadar metana yang sangat tinggi.
Salah satu tim penyelamat dikabarkan gagal keluar dari tambang. Mayat tiga penyelamat kemudian ditemukan, sehingga jumlah korban tewas resmi menjadi 14.
Kemudian pada Kamis malam beberapa sumber mengatakan kepada kantor berita Rusia bahwa tidak ada korban selamat dan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi lebih dari 50 orang, termasuk enam orang dari tim penyelamat.
Kejadian itu juga memaksa 285 orang pekerja di tambang Listvyazhnaya, di wilayah Kemerovo sekitar 3.500 km (2.175 mil) timur Moskow, berhamburan menyelamatkan diri, sekitar pukul 08:35 waktu setempat (01:35 GMT).
Sebanyak 49 orang telah dibawa ke rumah sakit karena luka-luka. Beberapa mengalami keracunan asap, dan empat dikatakan berada dalam kondisi kritis.
Ini bukan kecelakaan pertama di tambang, menurut media lokal. Pernah terjadi ledakan gas metana menewaskan 13 orang pada tahun 2004.
Pada 2016, pihak berwenang menilai keamanan 58 tambang batubara negara itu dan menyatakan 34% di antaranya berpotensi tidak aman. Daftar itu tidak termasuk tambang Listvyazhnaya yang dilanda petaka kali ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pernyataan singkatnya berharap akan dapat menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Dia juga menyebut ini tragedi yang memilukan. (Nto)