Indonesiainside.id, Jakarta – Seorang profesor Universitas Harvard diduga telah menjadi ‘orang dalam atau kaki tangan’ pemerintah China untuk membantu program rekrutmen yang dijalankan negeri komunis itu. Program itu ditujukan guna merekrut sebanyak-banyaknya talenta khusus yang menguasai teknologi dan sains agar bergabung ke Tiongkok.
Charles Lieber, 62, mantan Ketua Departemen Kimia dan Biologi Kimia Universitas Harvard, terbukti melakukan hal itu dalam persidangan yang digelar di Amerika, Selasa (21/12).
Dia sempat berkelit dengan mengaku tidak bersalah atas beberapa tuduhan yang diajukan tim jaksa Federal Boston.
“Lieber membantah keterlibatannya selama penyelidikan dari pihak berwenang AS, termasuk National Institutes of Health, yang telah memberinya dana penelitian jutaan dolar,” kata jaksa.
Namun, dengan bukti yang dimiliki, Jaksa meyakini bahwa Lieber, yang ditangkap pada bulan Januari lalu, dengan sengaja menyembunyikan keterlibatannya dalam “Program Seribu Talenta Untuk China” – sebuah program yang dirancang untuk merekrut orang-orang asing yang memiliki pengetahuan tentang teknologi dan kekayaan intelektual ke China.
“Lieber juga menyembunyikan pendapatannya dari program China, termasuk uang USD50.000 per bulan dari Universitas Teknologi Wuhan, hingga USD158.000 untuk biaya hidup dan lebih dari USD1,5 juta dalam bentuk hibah,” kata jaksa federal dilansir NBC, Rabu(22/12).
Pengacara Lieber, Marc Mukasey, tetap membantah dan menyatakan jaksa tidak memiliki bukti atas tuduhan tersebut. Dia menyatakan bahwa penyelidik tidak menyimpan catatan wawancara mereka dengan Lieber sebelum penangkapannya.
“Jaksa tidak akan dapat membuktikan bahwa Lieber bertindak dengan sadar atau sengaja secara ilegal mentransfer teknologi atau informasi hak kekayaan intelektual ke China,” kata Marc.(Nto)