Pertanyaan yang cukup sederhana, namun butuh penjelasan panjang. Apakah setan itu? Apa bedanya antara setan dan iblis? Benarkah termasuk bangsa jin? Kenapa disebut juga thaghut? Kenapa tak bisa dilihat dan bagaimana mengalahkannya? Beberapa pertanyaan tersebut menjadi bahasan dalam tulisan ini.
Audzu billahi minasy syaithanir rajiim. Bismillahirrahmanirrahim. Apakah setan itu? Dalam ulasan tafsir istiadzah (Audzu billahi minasy syaithanir rajiim) dalam buku berjudul Samudera Al-Fatihah karya Bey Arifin menulis bahwa setan adalah satu makhluk yang berkesadaran dan berpengertian seperti kita manusia. Bedanya hanya dalam bentuk tubuh. Tubuh manusia diciptakan dari tanah, sedangkan setan dari api. Karena itulah kita tak dapat melihat setan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 12-13:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.
فَٱهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ
Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.
Karena setan adalah makhluk halus (gaib), maka manusia sekali pun ia pintar tak akan bisa menyelidiki mahluk gaib ini. Pengetahuan kita tentang iblis atau setan serta makhluk gaib hanya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Karena hanya Allah SWT yang tahu tentang yang gaib-gaib itu.
Dari pembangkangan setan yang pertama kali menolak bersujud kepada Adam, maka saat itulah setan disesatkan dan diusir dari surga. Karena ia disesatkan, maka setan mengajukan satu permintaan, yaitu akan menggoda dan menyesatkan ummat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT:
رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ
Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”. (QS al-Hijr 39-40)
Dalam tafsir Kemenag, Iblis akan berusaha menyesatkan manusia kecuali hamba-hamba yang terpilih di antara mereka, yakni orang-orang yang terpilih dan dan mendapat taufik dari Allah SWT untuk senantiasa taati kepada-Nya, dan orang-orang yang disucikan dari segala kedurhakaan. Selengkapnya, baca Al-Qur’an Surat al-Hijr ayat 34-43.
Keinginan Iblis dalam merusuhi kehidupan manusia bisa terlihat pada surat Al-A’raf ayat 16-17 yang berbunyi:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيم
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
Dengan sikap iblis yang tak bisa ditawar-tawar lagi, maka Allah SWT memberikan peringatan kepada kita semua untuk memperlakukan setan dan iblis sebagai musuh yang nyata. Tidak ada kompromi.
Mungkin ada yang mengatakan bahwa pertarungan antara setan dan manusia tidak sebanding karena setan dapat melihat manusia sementara manusia tak dapat melihat setan. Betul, tapi sesungguhnya tidak seperti pertarungan atau duel dalam tinju. Bisa ditayangkan, jika dua petinju yang satunya dapat melihat lawan dan yang lain tak melihatnya. Perinju yang tak dapat melihat fisik lawan, bagaimana bisa menang? Namun tidak begitu analoginya.
Sekali pun kita tak dapat melihat setan, Allah SWT memberikan dua kekuatan untuk mengalahkan setan. Pertama adalah akal. Kedua adalah hidayah Allah SWT. Dua jiris inilah yang menjadi kekuatan atau senjata mematikan. Buka pistol atau senjata tajam. Apalagi sekadar pukulan seperti dalam tinju.
Dalam Al-Qur’an, dua kekuatan ini disebut dengan jalan lurus, yaitu petunjuk dari Allah SWT melalui nabi dan rasul-Nya. Jelasnya, agama Islam. Akal dan hidayah adalah alutsista sekaligus benteng pertahanan untuk mengalahkan setan. Renungkanlah…
Setan, Jin, dan Thaghut
Setan adalah istilah untuk menyebut setiap makhluk yang melampaui batas dan durhaka. Setan juga biasanya diistilahkan dengan thaghut. Abbas al-Aqqad dalam kitabnya, “Iblis”, setan disebut thaghut karena sifatnya yang melampaui batas, durhaka, dan menyatakan diri sebagai tuhan. Padahal makhluk ini hanya putus asa dari rahmat Allah SWT. Karena itu ia diberi nama iblis. Kata al-balas dalam bahasa Arab berarti orang yang tak memiliki kebaikan sedikit pun. Sementara kata ablasa artinya putus asa dan kebingungan.
Dalam buku Serial Akidah dan Rukun Iman, bahasan Malaikat, Jin, dan Setan, disebutkan, bahwa setan yang sering Allah sebutkan dalam Al-Qur’an termasuk golongan jin. Awalnya setan adalah makhluk yang taat beribadah. Dia tinggal dil langit bersama Malaikat, dan masuk surga. Namun karena mendurhakai Allah dengan menentang perintah-Nya bersujud kepada Adam, maka dia diusir dari surga dan dijauhkan dari rahmat Allah akibat kesombongannya.
Setan memiliki dua target, yakni jangka panjang dan pendek. Target jangka panjangnya adalah menjerumuskan dan berusaha keras mencampakkan manusia ke dalam Neraka Jahim.
Sementara target jangka pendeknya banyak. Di antaranya, menjerumuskan dalam kesyirikan dan kekufuran, dosa dan maksiat, perbuatan bid’ah, menghalangi hamba untuk taat kepada Allah, dan merusak amal-amal ketaatan dan kebaikan, serta mengganggu manusia secara fisik dan psikis.
Setan dan Iblis
Iblis adalah panglima perang melawan manusia, sementara setan-setan adalah bala tentaranya. Setiap hasil peperangan antara setan dan manusia, akan dilaporkan kepada iblis, sebagaimana hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh Muslim (IV/2167, no 2814). Hadits lain, Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Said menjumpai Rasulullah di sebuah jalan di Madinah; “Apa yang sedang engkau lihat?” Ibnu Said menjawab, “Aku melihat singgasana di atas air.” Rasulullah menjawab, “Engkau melihat singgasana iblis di atas laut.”
Iblis mempunyai pasukan berkuda dan berjalan kaki. Ia mengirim pasukan untuk menggiring manusia pada keburukan. Setiap manusia juga didampingi setan yang terus mendampinginya. Yaitu qarin. Berdasarkan hadits Muslim, manusia punya dua qarin, satu dari golongan jin dan satu dari golongan malaikat.
Setan juga punya banyak pengikut dari kalangan manusia. Yaitu manusia yang menjadikan setan sebagai penolongnya, mengikuti langkahnya, dan menyukai pemikirannya.
Soal penamaan setan dan iblis, Bey Arifin menulis dalam Samudera Al-Fatihah, ada perbedaan di antara kedua nama itu. Bila Allah dan Rasulullah menyebut iblis, maka yang dimaksud adalah makhluk halus yang tak tampak.
Bila yang disebutkan setan, maka yang dimaksudkan ada dua macam. Terkadang dimaksuskan iblis yakni makhluk gaib yang menyesatkan Adam dan Hawa. Kedua, terkadang juga yang dimaksudkan dengan setan adalah makhluk kasar, yaitu manusia jahat yang pekerjaannya sama dengan iblis.
Berlindung dari Setan
Allah SWT mengajarkan kepada manusia untuk berlindung kepada setan atau iblis yang bertubuh halus itu dengan doa: “Audzu billahi minasy syaithanir rajiim.”
Adapun doa ketika berhadapan dengan setan yang berbentuk manusia, selain doa di atas, juga dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat al-Mukminun ayat 96-98. Doanya terdapat pada ayat 97 dan 98:
وَقُلْ رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِ ۙ – ٩٧
Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan,
وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ – ٩٨
dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku.”
Kemudian dalam Surat Fussilat ayat 36:
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ – ٣٦
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Aza)