Bagi seorang yang beriman, yang elihat (meyakini) dengan nyata kekuasaan Allah SWT yang telah mencipta dan mengatur alam raya ini, sangat yakin dan percaya kebenarannya, sehingga mereka semakin banyak beribadah dan berdoa.
Doa adalah senjata dan sekaligus tameng dan benteng bagi ummat Islam. Dalam keadaan bagaimana pun, di mana pun, dan di setiap langkah dan gerakan kita, terus berzikir dan berdoalah. Saat akan tidur, bangun tidur, terbangun dari mimpi, hingga sebelum masuk dan saat keluar dari kamar mandi pun, ada doanya. Sebelum dan sesudah makan, keluar rumah, pagi dan sore, dan seterusnya.
Terlebih dalam keadaan sakit, terancam, sempit, sedih, dan susah. Kemana lagi kita akan meminta dan berharap? Khususnya dalam keadaan sempit, susah, dan sedih, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita doa ini:
اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
”Ya Allāh , sesungguhnya diri ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba perempuan-Mu, Ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu, Hukum-Mu telah berjalan, dan keputusan-Mu merupakan keputusan yang adil, Aku memohon dengan seluruh nama-nama-Mu, yang engkau namai diri-Mu, atau nama yang engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau telah engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau nama yang masih engkau simpan disisi-Mu, jadikan Al-Qur’an sebagi penentram jiwaku, cahaya hatiku, pelenyap duka dan laraku.”
Sungguh besar arti doa di atas. Kalau susah dan sedih dapat digolongkan dalam penyakit, maka sungguh sebuah penyakit yang berat dan bahaya. Karena rasa sakitnya tak hanya dirasakan sebagian organ tubuh. Rasa sakitnya datang dari hati, sementara hati di sini bukan sekadar bagian dari tubuh. Bukan terdiri dari daging, darah, dan urat saraf, melainkan bagian dari kesadaran karena hati adalah bagian dari roh atau rohani.
Ingat, ketika seorang ditimpa kesedihan, tak akan bisa dihilangkan hanya dengan mengatakan: “Janganlah bersedih.” Orang yang sedih atau dalam kesusahan sendiri tidak ingin bersedih atau susah. Jadi perkataan “jangan bersedih” hanya menambah rasa sedih itu sendiri.
Dalam buku Samudera Al-Fatihah karya Bey Arifin, susah dan sedih itu letaknya di hati, yaitu pusat kesadaran, pengertian, dan keimanan. Maka doa yang diajarkan Rasulullah SAW di atas adalah obat untuk mengisi kesadaran, pengertian, dan keimanan. Adalah sebuah obat yang dapat mengalahkan dan menghilangkan kesedihan bagi orang-orang yang beriman.
Mari kita dalami per bagian dari kalimat-kalimat yang ada dalam doa tersebut.
اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ،
“Ya Allāh , sesungguhnya diri ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba perempuan-Mu”
Kalimat ini berisi kesadaran dan pengertian bahwa saya (yang baca doa) berstatus sebagai hamba Allah dan anak cucu dari hamba-hamba Allah. Sekali pun yang berdoa ini adalah raja, presiden, kaya raya, tetap saja statusnya adalah seorang hamba. Seorang budak yang tak memiliki kemampuan. Tidak mungkinlah rasanya seorang hamba atau budak terus menerus merasakan kebahagiaan, merasa di atas, sehingga berlaku baginya rasa duka, susah, dan sedih.
نَاصِيَتِي بِيَدِكَ،
“Ubun-ubunku (nasibku) berada dalam genggaman-Mu”
Nasib setiap orang tentunya diserahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Seorang hamba tak mungkin dapat menentukan dirinya sendiri karena ketetapan yang pasti adalah hanya keputusan dan kehendak Allah SWT.
مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ،
“Hukum-Mu telah berjalan (berlaku)”
Artinya, berlaku bagi kita atas semua hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Tak satu pun hukum atau keadaan yang menimpa seseorang tanpa izin Allah SWT. Jangan kita yang lemah, bulan, bintang, matahari, gunung dan alam raya ini sekali pun, tak akan bisa lari dari hukum Allah SWT. Bahkan segenap alam dan angkasa, semuanya tunduk dan berjalan sesuai kehendak dan perintah Allah SWT.
عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
“Keputusan-Mu merupakan keputusan yang adil”
Kita harus sadar, keadilan Allah berlaku bagi semua insan. Ada yang layak ada yang miskin, ada yang sengsara dan yang senang, ada masa naik dan ada masa turun. Seberapa pun beratnya kesusahan dan kesedihan yang kita alami, yakinlah bahwa kebaikan dan karunia yang diberikan Allah SWT sungguh tak terhitung banyaknya. Karena itu, adil apa yang berlaku pada diri kita masing-masing. Makanya, pandai-pandailah bersyukur karena kalau tidak, namanya kufur.
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ،
“Aku memohon dengan seluruh nama-nama-Mu, yang engkau namai diri-Mu”
Sekali pun kita sadar akan takdir yang berlaku kepada kita, kita pun sadar bahwa Allah SWT Maha Pengasih dan Penyayang. Suka mengabulkan doa. Maka berdoalah dalam setiap waktu dan kesempatan. Mintalah kepada Allah Yang Maha Kaya, bukan kepada manusia yang serba terbatas. Manusia sendiri pun punya banyak keinginan, harapan, dan permintaan. Kenapa kita meminta kepada makhluk yang sungguh punya banyak keinginan, yang dia sendiri belum tentu mampu mewujudkan keinginannya. Maka berharap pada manusia akan berujung pada kekecewaan. Mintalah kepada Allah SWT Yang Maha Memberi dan Mengabulkan setiap permintaan.
أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ،
“atau nama yang engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau telah engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu”
Mintalah melalui setiap Nama-Nama Allah yang tercantum di dalam kitab suci Al-Qur’an, atau lewat Nama-Nama yang Allah ajarkan kepada Nabi-Nabi-Nya.
أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
“atau nama yang masih engkau simpan disisi-Mu”
Yaitu, Nama-Nama Allah yang Allah saja mengetahuinya dengan ilmu gaib, dan hanya Allah yang memilikinya. Yaitu Nama-Nama yang terlalu agung dan tinggi yang tidak diajarkan kepada kita, tidak pula kepada para Nabi dan Rasul, serta para Malaikat sekali pun. Hanya Engkau-lah Yaa Allah Yang Maha Tahu.
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي،
“jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram jiwaku, cahaya hatiku”
Karena dengan Al-Qur’an sebagai cahaya hidup kita, kembang yang mekar dan mewangi dalam dada dan hati kita, maka akan hilanglah rasa sedih dan susah itu. Karena
وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
“pelenyap duka dan laraku.”
Al-Qur’an adalah rahmat, obat, dan penyejuk hati, maka terobatilah semua rasa sakit dan sedih itu. Sirnalah sudah rasa susah dan sedih kita. Amin. Wallahu a’lam. (Aza)