Sesungguhnya perkara yang paling dicintai Allah SWT adalah tindakan wajar ketika seseorang bisa melakukan yang lebih.
Memaafkan saat mampu membalas. Lembut dalam menjalankan kekuasaan. Tidaklah seseorang berbuat lembut kepada orang lain kecuali Allah akan berbuat lembut kepadanya di Hari Kiamat.
Nasihat ini disampaikan oleh Umar bin Abdul Aziz berkaitan dengan kelemahlembutan seorang penguasa dan kemulian bagi orang yang mau memaafkan kala ia sendiri mampu membalas yang setimpal. Dengan keluhuran hati dan budi, berbuat lebih baik, memaafkan, dan berlemah lembut, jauh lebih dicintai Allah SWT.
Dalam satu kisah, terjadilah sebuah peristiwa di mana anak Umar bin Abdul Aziz terluka saat ia bermain dengan bocah sebayanya. Seorang anak melukai putra Umar bin Abdul Aziz. Lalu anak itu dibawa dan diadukan ke Umar oleh anak-anak lain yang ikut bermain.
Umar mendengar kegaduhan kecil itu dan keluar rumah. Seorang perempuan berkata kepada Umar: “Dia adalah anakku, dia anak yatim.”
“Tenanglah,” kata Umar. “Apakah dia menerima santunan dari negara?” Perempuan itu menjawab, “Tidak.”
“Masukkan dia dalam catatan anak yang berhak menerima santunan negara,” kata Umar kepada petugas keuangan.
Di saat yang sama, istri Umar, Fatimah, berkata: “Apakah engkau berbuat baik kepada anak yang telah melukai anakmu? Jika Allah berkendak, anak itu akan melukai anakmu kedua kalinya.”
Apa kata Umar? “Celaka kamu. Dia adalah anak yatim dan kalian sungguh telah melukainya.” Kisah ini dinukil dari buku berjudul: Golden Stories, Kisah-Kisah Indah dalam Sejarah Islam, karya Mahmud Musthafa Sa’ad dan Dr Nashir Abu Amir Al-Humaidi. Wallahu a’lam. ? Aza)