Membantu Orang Susah dan Butuh Lebih Utama dari 100 Kali Berhaji Setelah Haji Wajib
Membantu orang susah dan butuh memiliki keutamaan berkali lipat. Misalnya, mereka yang susah atau butuh karena dililit utang, terintimidasi, tertimpa musibah, telantar, kaum dhuafa, yatim, dan sebaigainya.
Terlebih lagi, Rasulullah SAW mengisyaratkan dalam banyak hadits tentang keutamaan membantu mereka yang butuh hingga membebaskan kesulitan orang lain. Salah satunya, hadits yang menunjukkan bahwa seorang muslim berada dalam pertolongan Allah SWT selama ia mau menolong saudaranya.
Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” Hadits ini shahih yang diriwayatkan banyak perawi seperti Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan lainnya.
Keutamaan membantu orang susah dan butuh bahkan lebih utama dari 100 kali berhaji setelah haji wajib ditunaikan. Keutamaan ini dikisahkan oleh Abu Nashr At-Tammar. Dia bercerita bahwa seorang laki-laki berpamitan kepada Bisyir bin Al-Harits. Laki-laki itu beekaya, “Aku akan menunaikan ibadah haji. Apakah engkau akan memberiku bekal?”
Bisyir bertanya: “Berapa biaya yang telah kamu siapakan?”
“2.000 dirham.”
“Apa yang kamu cari dari ibadah haji? Zuhudkah? Atau rindu pada rumah Allah? Ataukah mencari ridha Allah SWT?” Tanya Bisyir.
“Mencari ridha Allah,” jawab lelaki itu.
Dikatakanlah kepada laki-laki tadi, “Jika engkau berada di rumah, kemudian kamu menginfakkan 2.000 dirham di jalan Allah SWT, lalu kamu mendapatkan ridha Allah karena itu, dan kamu yakin dengan hal itu. Akankah kamu lakukan hal itu?”
“Iya,” jawab laki-laki itu.
Bisyir berkata, “Pergilah, bantulah 10 orang yang dililit utang untuk melunasi utangnya. Bantu seorang fakir yang mengikat pinggangnya karena kelaparan. Bantu orang miskin yang ingin menyejahterakan keluarganya. Bantu pengasuh anak yatim yang ingin membahagiakan anak-anak asuhnya. Lakukan itu jika niatmu sudah bulat. Sesungguhnya membahagiakan seorang muslim, membantu orang susah, menghilangkan bahaya, dan menolong orang lemah, itu semua lebih utama daripada 100 kali berhaji setelah haji wajib. Berdirilah dan gunakan bekal haji yang telah kamu siapkan sesuai dengan perintahku. (Ihya Ulumuddin, Abu Hamid Al-Ghazali).
Dikutip dari buku berjudul: Golden Stories, Kisah-Kisah Indah dalam Sejarah Islam, karya Mahmud Musthafa Sa’ad dan Dr Nashir Abu Amir Al-Humaidi.
Adapun hadits yang diulas di atas, selengkapnya berbunyi:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”
Hadits shahih. Diriwayatkan oleh: Muslim (no. 2699). Ahmad (II/252, 325). Abu Dâwud (no. 3643). Tirmidzi (no. 1425, 2646, 2945). Ibnu Mâjah (no. 225). Ad-Dârimi (I/99). Ibnu Hibbân (no. 78- Mawâriduzh Zham-ân). Ath-Thayâlisi (no. 2439). Al-Hâkim (I/88-89). Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 127). Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jâmi’ Bayânil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/63, no. 44).