Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, dan Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi.” (QS An-Naas: 1-4)
Demikian terjemahan empat ayat di awal Surat An-Naas. An-Naas artinya manusia. Dalam tiga ayat pertama adalah permohonan perlindungan kepada Tuhan, Raja, dan Sembahan manusia. Yaitu memohon perlindungan dari satu kejahatan yakni kejahatan atau bisikan setan (ayat keempat).
Maknanya, ada tiga lapis permohonan perlindungan dari satu marabahaya, yaitu kejahatan (bisikan) setan. Tiga lapis perlindungan tersebut adalah berlindung dari Tuhannya manusia, Rajanya, dan Sembahannya. Sedangkan yang dimohonkan perlindungan dari ketiganya ada satu yakni kejahatan (bisikan) setan.
Begitu besar dan bahanya godaan atau kejahatan setan sehingga Allah SWT memberikan hamba-Nya tiga tameng perlindungan. Sungguh berbahayanya satu perkara ini sehingga permohonan perlindungan menggunakan tiga sifat yang dimiliki Allah SWT.
Ketiga lapis perlindungan dari satu kejahatan ini merupakan kebalikan yang ada dalam Surat Al-Falaq yang artinya waktu subuh. Dalam Surat Al-Falaq, kita diperintahkan oleh Allah SWT berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh terhadap tiga macam kejahatan makhluk, yakni 1) kejahatan malam, 2) kejahatan para penyihir, dan 3) kejahatan pendengki. (Asy-Syinqiti)
Surat An-Naas terdiri atas 6 ayat, surat terakhir dalam Al-Qur’an atau surat ke-144, sebagai berikut:
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ – ١
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,
مَلِكِ النَّاسِۙ – ٢
Raja manusia,
اِلٰهِ النَّاسِۙ – ٣
sembahan manusia,
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ – ٤
dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ – ٥
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ- ٦
dari (golongan) jin dan manusia.”
Dalam tafsir Kemenag RI, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW termasuk pula di dalamnya seluruh umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang menciptakan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan, dan menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.
Allah menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang memiliki dan yang mengatur semua syariat, yang membuat undang-undang, peraturan-peraturan, dan hukum-hukum agama.
Ayat-ayat ini mendahulukan kata Rabb (pendidik) dari kata Malik dan Ilah karena pendidikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia. Kemudian yang kedua diikuti dengan kata Malik (Raja) karena manusia harus tunduk kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan kata Ilah (sembahan), karena manusia sesudah berakal menyadari bahwa hanya kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.
Menurut Ibnu Juzay, Allah SWT mendahulukan sifat Rabb, Malik, lalu Ilah berdasarkan tingkatan dari bawah ke atas. Yakni, lagadz Rabb menunjukkan sifat untuk banyak manusia. Lafadz Malik adalah sifat kekhususan yang hanya dimiliki orang tertentu, yaitu raja yang berarti memiliki keunggulan atau ketinggian dari sifat manusia pada umumnya. Sehingga Malik disebutkan setelah Rabb. Adapun lafadz Ilah adalah kedudukan lebih tinggi, di atas para raja sehingga tidak ada satu pun makhluk yang layak dan pantas menyandangnya. Sifat Ilah adalah hanya satu yaitu Laa Ilaaha Ilallah, tiada Tuhan selain Allah. Ilah hanya satu yaitu Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang menandingi-Nya. Karena itu Allah menutup dengan sifat Ilah.
Sebagaimana dibahas sebelumnya, bahwa kejahatan satu ini, yaitu bisikan dan godaan setan sangat berbahaya sehingga Allah SWT memberikan tiga lapis perlindungan kepada Rabbun Naas (Tuhan manusia), Malikinnaas (Raja manusia), dan Ilaahinnaas (Sembahan manusia). Godaan ini adalah godaan setan yang bersifat mulai kasar hingga sehalus mungkin. Kejahatan yang dibisikkan mulai dari kejahatan yang paling bahaya sehingga sekecil mungkin asalkan manusia dapat tergoda. Hal ini bisa diklasifikasikan seperti di bawah in, dari godaan paling berbahaya hingga sehalus mungkin:
1. Merusak Iman dan Aqidah
Inilah godaan terbesar setan agar manusia terpeleset dan mengingkari Allah SWT. Setan terus membisikkan keraguan agar manusia menjadi kafir. Jika setan tidak berhasil, maka masuk perangkap kedua.
2. Berbuat Maksiat
Inilah perangkap kedua, yaitu setan menyeru dan menggoda manusia agar berbuat maksiat saja. Jika tak berhasil juga, setan menurunkan bobot godaannya.
3. Menghalangi Ketaatan
Jika setan tak berhasil menggoda manusia untuk bermaksiat, maka ia menghalangi manusia dari ketaatan kepada Allah SWT. Minimal, membuatnya berlambat-lambat dalam ketaatan. Ingat, saat adzan shalat lima waktu berkumandang, di sinilah setan bekerja agar kita memperlambat gerakan hingga iqamah dikumandangkan. Bahkan, tak sedikit yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Nah, ini pekerjaan setan yang harus kita lawan.
4. Riya
Jika setan tidak berhasil di poin ketiga di atas, misalnya, sebelum Adzan kita sudah berada di masjid. Maka setan membuat perangkap baru, yakni agar kita riya. Nah, ketika kita merasa lebih baik dari jamaah lai karena paling pertama datang ke masjid, waspadalah, pintu riya mulai terbuka. Di sini setan terus bekerja, agar kita menu jukkan diri bahwa kitalah yang datang sebelum adzan.
Atau, malah kita sendiri yang ingin diketahui mengumandangkan adzan setiap saat. Ingat, riya itu justru menghanguskan pahala. Jadi, jadilah yang pertama datang ke masjid tetapi jangan riya. Manusia tak perlu tahu bahwa kitalah yang selalu datang lebih awal.
5. Ujub
Jika setan belum juga berhasil, maka kita akan digoda dengan sikap ujub. Ujub dengan amalan yang kita perbuat. Misalnya, kita merasa paling baik di antara jamaah yang lain karena selalu datang lebih awal. Atau merasa paling baik ibadahnya, merasa paling alim dan plaing taat, dan semisalnya. Sombong, ujub, dan angkuh. Semua ini menjadi perangkap setan khususnya terhadap orang-orang yang berilmu atau orang yang taat beribadah, karena jalan inilah yang memungkinkan setan masuk dan merasuk.
6. Pembakar Amal
Dari semua hal di atas, setan terus menyalakan api kedengkian, dendam, dan rasa marah dalam hati manusia agar terjerumus ke dalam perbuatan yang buruk dan mencela keadaan.
Godaan setan ini berlaku kepada siapa saja kecuali mereka yang benar-benar ikhlas karena Allah SWT. Misalnya dalam shalat berjamaah di masjid, mulai dari marbot, jamaah, muadzin, imam, hingga para pengurus masjid. Bahkan, sangat disayangkan jika seandainya para ahli ibadah atau ahli masjid, justru menjadi terpedaya oleh setan akibat godaannya yang sistematis dan bertahap itu. Harusnya pulang dari masjid membawa pahala, malah membawa pulang dosa karena perselisihan dan ketidakharmonisan di antara para jamaah, pengurus, atau sesama imam. Kejadian seperti ini mungkin tidak sedikit di banyak masjid-masjid.
Terakhir, surat An-Naas ditutup dengan penjelasan bahwa jenis kejahatan dan bisikan setan itu bisa melalui perantaran jin dan setan, sebagaimana firman Allah SWT: مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاس yaitu, “dari (golongan) jin dan manusia.”
Allah memberitahukan bahwa pembisik itu terkadang dari jin dan manusia. Menurut al-Hasan, setan ada dua macam. Pertama, setan dari golongan jin akan membisikkan ke dalam hati manusia. Kedua, setan dari golongan manusia akan datang dengan cara terang-terangan.
Agar kita terhindar dari bisikan setan pada kedua jenis ini, Qatadah berkata, mintalah pertolongan dan perlindungan Allah SWT dari setan-setan golongan jin dan manusia.
Praktik Ayat:
- Bacalah Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, masing-masing tiga kali setiap pagi dan sore.
- Bacalah Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, masing-masing satu kali setiap selesai shalat.
- Bersihkan jiwamu dengan membaca ketiga surat ini.
Petunjuk-Petunjuk
- Pentingnya tauhid dan ikhlas karena Allah SWT.
- Pentingnya meminta perlindungan Allah SWT dari bisikan setan, baik setan dari golongan jin maupun setan berbentuk manusia.
- Mendeteksi segala bentuk godaan setan dari yang pelanggaran berat hingga yang kecil. (Aza)
Sumber: Al-Qur’an, Tadabbur dan Praktiknya, dengan judul asli Tadabbur wa ‘Amal/ Tafsir Online Kemenag