Indonesiainside.id, Jakarta – Salah seorang kandidat presiden Prancis menyatakan, negara itu harusnya meningkatkan hubungannya dengan Rusia dengan menghapus sanksi dan menjauh dari pengaruh Amerika.
Dia menegaskan bahwa Prancis jangan mau dijadikan alat Amerika. Hal ini disampaikannya ketika ketegangan berkobar di seluruh Eropa timur.
Berbicara sebagai bagian dari wawancara dengan saluran televisi France 5 pada hari Minggu, Eric Zemmour jika dia terpilih menjadi Presiden Prancis maka “tidak akan ada lagi sanksi terhadap Rusia.” Dia juga menyarankan bahwa negara dapat menunjukkan “sinyal ramah” dengan mencabut tindakan hukuman.
Kandidat presiden, yang dikenal dengan pandangan sayap kanan dan nasionalisnya, menambahkan bahwa Paris harus “berteman dengan Rusia” dan harus berhenti “menjadi alat Amerika Serikat.”
Menurutnya, Washington mencoba mengadu domba negara-negara Eropa dengan Moskow.
“AS berusaha memisahkan Rusia dari Prancis dan Jerman, dan setiap kali mereka semakin dekat satu sama lain, Amerika menemukan cara untuk memecah belah mereka,” katanya.
Pernyataan Zemmour datang tak lama setelah pemimpin Prancis saat ini, Emmanuel Macron, menandai dimulainya kepresidenan negaranya di Uni Eropa dengan menyerukan pembangunan “tatanan Eropa” berbasis aturan baru, bebas dari ancaman, paksaan, dan lingkungan pengaruh.
“Baik untuk kami dan Rusia, demi keamanan benua kami yang tak terpisahkan, kami membutuhkan dialog ini,” kata Macron pekan lalu, menambahkan bahwa itu harus “terus terang dan menuntut … dalam menghadapi destabilisasi, campur tangan dan manipulasi.”
Ketegangan meningkat antara Moskow dan negara-negara Barat dalam beberapa pekan terakhir, dengan segelintir pemimpin dan media menuduh bahwa angkatan bersenjata Rusia berkumpul di perbatasan bersama dengan Ukraina sebelum melakukan invasi, yang berulang kali dibantah oleh Kremlin.
Berbicara Kamis lalu pada konferensi pers, Presiden AS Joe Biden mengancam akan memberlakukan embargo yang belum pernah terjadi sebelumnya di Moskow jika pasukannya melancarkan serangan.
“Secara militer, mereka memiliki superioritas yang luar biasa dibandingkan dengan Ukraina, tetapi mereka akan membayar harga yang mahal,” katanya.(Nto)