Marilah kita saksikan, siapa gerangan sahabat Nabi SAW menerima tantangan kali pertama membacakan Al-Qur’an dengan suara merdu di hadapan orang-orang Quraisy?
Dialah sahabat Nabi yang mulia, Abdullah bin Mas’ud Ra. Dia hanyalah seorang remaja lemah dan miskin yang menerima upah sebagai penggembala kambing milik Uqbah bin Mu’aith. Namun, setelah ditempa oleh Islam menjadi seorang yang beriman di samping Rasulullah SAW, justru menaklukkan kesombongan orang-orang Quraisy dan meruntuhkan kesewenangan pemuka para pemuja berhala kala itu.
Padahal sebelum masuk Islam, ia tak pernah berani lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukkan kepala. Setelah masuk Islam, ia tampil di depan mejelis para bangsawan di sisi Kakbah, sementara para pemimpin Quraisy duduk berkumpul.
Lalu Abdullah bin Mas’ud berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisi wahyu ilahi,Al-Qur’anul Karim. Saat itu ia membacakan enam ayat pertama dalam Surat Ar-Rahman:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلرَّحۡمٰنُۙ
Ar Rahmaan
1. (Allah) Yang Maha Pengasih,
عَلَّمَ الۡقُرۡاٰنَؕ
‘Allamal Quran
2. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.
خَلَقَ الۡاِنۡسَانَۙ
Khalaqal insaan
3. Dia menciptakan manusia,
عَلَّمَهُ الۡبَيَانَ
‘Allamalhul bayaan
4. mengajarnya pandai berbicara.
اَلشَّمۡسُ وَالۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ
Ashshamsu walqamaru bihusbaan
5. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan,
وَّالنَّجۡمُ وَالشَّجَرُ يَسۡجُدٰنِ
Wannajmu washshajaru yasjudan
6. dan tumbuh-tumbuhan [atau bintang-bintang] dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya).
Lalu dilanjutkanlah bacaannya, sementara pemuka-pemuka Quraisy terpesona. Tak percaya apa yang dipandang mata dan apa yang terdengar di telinga mereka itu. Mereka tak percaya bahwa orang yang menantang kesombongan mereka itu tak lebih dari seorang upahan dan penggembala kambing milik orang Quraisy.
Ibnu Mas’ud masih saja dipandang hina dina, namun Islam telah mengangkat derajatnya dan Al-Qur’an telah memuliakannya. Marilah kita dengar keterangan dari saksi mata yang melukiskan peristiwa amat menarik dan menakjubkan ini. Orang itu adalah Zubair, dalam kesaksiannya mengatakan:
Yang mula-mula mederas Qur’an di Makkah setelah Rasulullah SAW ialah Abdullah bin Mas’ud Ra. Pada suatu hari, para sahabat berkumpul, kata mereka: “Demi Allah, orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikit pun Al-Qur’an ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka….
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka?”
Maka lbnu Mas’ud berkata: “Saya”.
Kata mereka, “Kami khawatir akan keselamatan dirimu. Yang kami inginkan adalah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan mempertahankannya dari irang-orang itu jika mereka bermaksud jahat…”
“Biarkan saya,” kata Ibnu Mas’ud pula, “Allah pasti membela.” Maka datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu Dhuha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuannya…
Dia (Ibnu Mas’ud) berdiri di panggung lalu membaca Bismillahirrahmanirrahim, dan dengan mengeraskan suaranya. Ar-Rahman, ‘allamal Qur’an…
Lalu sambil menghadap ke mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil bertanya kepada sesamanya: “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu Abdin itu?” Sungguh yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”
Mereka bangkit mendatangi lalu memukulinya, sedangkan Ibnu Mas’ud terus saja meneruskan bacaannya sampai batas yang dikehendaki Allah… Setelah itu, dengan muka dan tubuh yang banyak belur ia kembali kepada para sahabat.
Kata mereka, “Inilah yang kami khawatirkan kepada dirimu!” Ujar Ibnu Mas’ud, “Sekarang inintidak ada yang lebih mudah dariku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat yang sama esok hari..”
Ujar mereka, “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Ibnu Mas’ud adalah remaja buruh miskin yang terlunta-lunta. Namun keberaniannya membara, mentalnya berubah jadi baja. Kecil, kurus, dan tak punya apa-apa. Bahkan tak ada tempat baginya di kalangan para hartawan, begitu pun di kalangan kesatria yang gagah berani, Ibnu Mas’ud bangga dengan Islam.
Islam memberinya kekuatan, bahkan perbendaharaan Kista dan simpanan Kaisar. Tubuhnya yang kecil diberi imbalan kemauan baja yang dapat menundukkan para adikara dan ikut ambil bagian dalam mengubah sejarah. Namanya pun terukir indah sebagai Qari pertama di hadapan kaum Quraisy yang sombong dan keras itu.
Kehidupannya sebagai penggembala dan pemerah susu tak sia-sia karena ia telah dianugerahi pengetahuan dan namanya terukir sebagai tokoh terkemuka dalam sejarahnya Islam. Ia diberi ilmu melalui Islam, diajari menjadi seorang faqih dan ahli hukum ummat Muhammad SAW serta menjadi tulang punggung para huffazh (penghafal Qur’an).
Ada sebanyak 70 surat al-Qur’an yang ia hafal dan terima langsung dari Rasulullah SAW. Tak seorang pun yang menandinginya. Rasulullah SAW pun meminta para sahabatnya agar meneladani Abdullah bin Umar dalam hal bacaan dan cara membaca Al-Qur’an. Sabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang hendak mendengar Al-Qur’an tepat seperti diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi Abdin…!”
Rasulullah pun senang dengan bacaan Ibnu Mas’ud sehingga suatu hari, Nabi meminta Ibnu Mas’ud membacakan Al-Qur’an. Ibnu ingin mendengar bacaan Qur’an dari mulut orang lain. Dibacakanlah Ayat 41-42 pada Surat An-Nisa sampai Rasulullah menangis dan meminta Ibnu Mas’ud berhenti karena tak mampu menahan tangis.
Ibnu Mas’ud adalah sahabat yang utama terkait dengan Al-Qur’an. Dia pernah menuturkan salah satu karunia Allah kepadanya, “Tidak satu pun dari Al-Qur’an itu yang diturunkan kecuali aku tahu mengetahui peristiwa apa diturunkannya. Tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah kepadaku. Dan seandainya aku tahu ada seorang yang dapat dicapai dengan kendaraan unta dan ia lebih tahu tentang Kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik di antaramu.”
Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengatakan, “Sungguh ilmunya (Ibnu Mas’ud) tentang fikih berlimpah-limpah.”
Kata-kata hikmahnya bagai mutiara. Ketajaman ilmunya bagai menembus dasar samudera. Di antaranya ia berkata: “Bagi Tuhan kalian tiada siang dan malam… Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya…”
Dia juga berkata:
Sebaik-baik kaya adalah kaya hati. Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Seburuk-buruk buta adalah buta hati. Sebesar-besar dosa adalah berdusta. Sejelek-jelek usaha adalah riba…… Seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim……. Siapa yang memaafkan orang adalah dimaafkan Allah…….. Dan siapa mengampuni orang akan diampuni Allah.” (aza)
Sumber: Rijal Haula Rasul, kisah 60 sahabat Rasulullah SAW, karya Khalid Muh Khalid