Indonesiainside.id, Jakarta – Presiden Kroasia Zoran Milanovic menyalahkan AS karena meningkatkan krisis di Ukraina dan mengatakan negaranya akan menghindari konflik.
Dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan antara Rusia dan Ukraina, Presiden Kroasia Zoran Milanovic telah mengumumkan bahwa Zagreb akan menarik pasukannya dari kontingen NATO yang ditempatkan di wilayah tersebut jika situasinya berubah menjadi konflik skala penuh.
Berbicara pada hari Selasa dalam pidato yang disiarkan televisi, dia mengatakan bahwa NATO sebagai satu kesatuan bukan lantas menjadi pembenar bagi AS untuk meningkatkan kehadiran militernya di kawasan itu dan mengirim kapal pengintai.
Dia bersikeras bahwa otoritas Zagreb “tidak ada hubungannya dengan itu dan kami tidak akan ada hubungannya dengan itu, saya jamin itu.”
“Kami tidak hanya tidak akan mengirim militer, tetapi jika ada eskalasi, kami akan memulangkan semua kehadiran militer di sana,” kata Milanovic.
Dia juga melihat perilaku berbahaya dalam masalah keamanan internasional yang dilakukan oleh Amerika.
Komentar Milanovic muncul di tengah ketegangan tinggi antara Moskow dan Kiev, dengan sejumlah pemimpin Barat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir atas penumpukan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan dengan Ukraina.
Pada hari Senin, blok militer yang dipimpin AS mengumumkan bahwa anggotanya akan mengirimkan lebih banyak armada dan pesawat tempur ke perairan Eropa Timur ketika Rusia melanjutkan peningkatan militernya di tengah pertikaian yang berkembang.
Spanyol dan Prancis berfokus pada Eropa tenggara, dengan Madrid dilaporkan mempertimbangkan pengiriman kapal untuk “bergabung dengan pasukan angkatan laut NATO dan sedang mempertimbangkan untuk mengirim jet tempur ke Bulgaria.” Sementara itu, Paris telah menyatakan kesiapannya untuk mengirim pasukan ke Rumania di bawah komando NATO.”
Di tengah tuduhan Barat tentang invasi yang akan dilakukan Rusia atas Ukraina, yang berulang kali dibantah oleh Kremlin, Moskow mencari tanggapan tertulis atas proposal keamanannya dari pejabat Amerika menyusul serangkaian pertemuan diplomatik bulan ini.
Pada bulan Desember, Rusia menyerahkan dua rancangan perjanjian, satu ditujukan kepada Washington dan lainnya kepada NATO. Selain memblokir Kiev dari keanggotaan NATO, Moskow bersikeras bahwa blok tersebut harus menahan diri dari aktivitas militer di wilayah bekas negara Pakta Warsawa yang bergabung setelah 1997, menyusul runtuhnya Uni Soviet.
Namun, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah menolak untuk berkompromi pada isu-isu itu dan tuntutan Rusia. Dia juga mengkritik permintaan Moskow, dengan mengatakan bahwa Moskow tidak memiliki hak veto atas upaya Ukraina untuk bergabung dengan blok tersebut, dan bahwa ia tidak akan menerima sistem keanggotaan “dua tingkat” yang mencegahnya mengerahkan pasukan di negara bagian tertentu.(Nto)
