Indonesiainside.id, Balikpapan – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan tiga harapannya kepada Nahdlatul Ulama (NU) dengan memiliki database jamaah yang lengkap dan canggih, marketplace andal, dan platform edutech untuk learning management system.
Tiga harapan itu sangat relevan dengan situasi dunia yang serba baru, menuntut hadirnya cara-cara baru yang kreatif. Perubahan yang cepat akibat revolusi industri dan juga pandemi, menuntut cara-cara baru yang inovatif. Modernisasi dan digitalisasi tak mungkin lagi dihindari.
“Saya membayangkan beberapa waktu ke depan, NU memiliki database jemaah yang lengkap dan canggih dengan bantuan teknologi digital. Sangat mungkin. Memakai blockchain, memakai artificial intelligence, memakai machine learning dan lain-lain. Sangat memungkinkan karena NU memiliki SDM-SDM yang sangat baik dan mengerti mengenai ini,” kata Presiden Jokowi, didampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin, saat menghadiri Pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2022-2027 dan Hari Lahir (Harlah) ke-96 NU, di Balikpapan Sport and Convention Center, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/01/2022).
Kedua, dia juga membayangkan NU mempunyai marketplace yang andal. Wadah ini menjadi tempat produsen dan konsumen NU bertransaksi secara praktis, dan memasukkan produk-produk unggulan warga NU dalam rantai pasok global. Ketiga, dia berharap NU mempunyai platform edutech yang juga mempunyai platform learning management system.
“Yang memfasilitasi jutaan santri untuk mengaji dari semua kiai-kiai besar, ilmuwan, teknolog, dan entrepreneur dimana pun dan kapan pun secara mudah dan murah,” katanya.
Presiden kemudian menyebutkan seseorang yang pas untuk mengembangkan tiga usulan tersebut untuk membesarkan NU. “Saya kenal satu orang, yang lain masih banyak lagi. Beliau ini kerja di Singapura, sudah lama, tujuh tahun yang lalu saya kenal. Ngerjain ini semuanya, apapun bisa. Namanya, masih muda sekali, namanya Mas Ainun Najib, NU. Tapi di sana gajinya sangat tinggi sekali. Jadi kalau diajak ke sini harus bisa menggaji lebih gede dari yang di Singapura. Ini tugasnya nanti Pak Kiai. Kalau beliau yang ngendika, digaji berapa pun bismillah pasti mau,” katanya.
Dengan begitu, perlu ruang yang lebih besar kepada warga NU dari generasi milenial, dari generasi Gen-Z, untuk tampil dan mengambil peran sentral dalam perkembangan Indonesia yang baru. Kaum muda NU yang aktif di creative industry, di fashion designer, di graphic designer dan lain-lain. Kaum muda NU yang IT specialist, programmer, IT security expert, web developer dan lain-lain, banyak sekali.
“Ini yang harus diambil dan dimanfaatkan, kelompok muda profesional NU yang bekerja di korporasi, bekerja di startup global atau konsultan-konsultan global, banyak sekali. Perlu punya naungan dan wadah yang kuat di organisasi PBNU,” katanya.
Untuk mendukung inovasi-inovasi tersebut, NU perlu mempunyai sentra-sentra inkubator inovasi yang sangat efektif. NU juga perlu mempunyai venture capital sendiri, modal ventura sendiri yang kuat dengan membangun dana abadi, yang nantinya mempunyai Sovereign Wealth Fund, sehingga NU mempunyai kekuatan dalam membiayai program-program unggulan dan program-program inovatif.
Karena itu, pemerintah siap memberikan konsesi yang besar tapi secara profesional sesegera mungkin. “Saya sudah siapkan. Enggak mungkin saya memberikan ke NU itu yang kecil-kecil, saya pastikan yang gede, sudah, insya Allah yang gede,” katanya.
Semua ini sekaligus akan menjadi bagian untuk semakin memperkokoh kemandirian dan kewirausahaan sosial di Nahdlatul Ulama. Bagian penting dari kebijakan transformasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah, terutama transformasi hijau yang berkelanjutan dan inklusif, transformasi digital ekonomi, serta peningkatan kelas UMKM. (Aza)