Indonesiainside.id, Jakarta – Tepat pada tanggal 27 Januari 2022 lalu, bangsa-bangsa di seluruh Eropa, memperingati Hari Holocaust Internasional. Peringatan acara secara global ini untuk mengenang pembantaian jutaan korban Holocaust.
Tak hanya di luar negeri. Acara yang sama juga diperingati di Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, pada hari yang sama. Acara ini diinisiasi pengusaha Indonesia berdarah Yahudi, Yaakov Baruch. Acara ini sekaligus meresmikan Museum Holocaust pertama di Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara. Museum ini berada di Sinagoge Sha’ar Hashamayim (Gerbang Surga) Minahasa.
Holocaust diklaim sebagai peristiwa pembantaian kaum Yahudi oleh pasukan Nazi Jerman selama Perang Dunia Kedua. Israel mengklaim tragedi itu menewaskan sekitar enam juta orang. Peringatan tahunan ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada November 2005. 27 Januari dipilih karena pada tahun 1945 kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau di Polandia dibebaskan oleh pasukan Uni Soviet.
Peringatan dan peresmian Museum Holocaust itu, menurut Yaakov Baruch, dibuat untuk mengenang keluarga dari neneknya yang menjadi korban Holocaust. Neneknya adalah perempuan Yahudi Belanda dan menikah dengan lelaki Indonesia.
Masih kata Yaakov, dikutip dari VOA Indonesia, keberadaan Museum Holocaust di Kabupaten Minahasa adalah jawaban atas sikap anti-Yahudi di Indonesia yang terus menguat. Namun, setelah peringatan dan peresmian museum itu, muncul berbagai reaksi yang menolak keberadaan salah satu Yahudi tersebut di Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Halim meminta kepada Pemerintah Kabupaten Minahasa untuk menutup Museum Holocaust. Dia meminta Pemerintah Kabupaten Minahasa lebih sensitif terhadap isu ini.
Dia kaget begitu mengetahui ada pameran foto sejarah Holocaust di Indonesia. Menurut dia, keberadaan Museum Holocaust di Indonesia melukai perasaan rakyat Palestina yang sejak 1948 berjuang melawan penjajah Israel.
Narasi yang dikembangkan dalam peristiwa Holocaust adalah bangsa Yahudi adalah bangsa yang disingkirkan dan teraniaya sehingga perlu dukungan masyarakat internasional. Namun, kata Sudarnoto, Holocaust dan Zionisme, sama-sama kejahatan dan menjadi musuh bersama.
Karena itu, dia meminta pameran foto Holocaust dan Museum Holocaust dibatalkan karena mengganggu perasaan masyarakat Indonesia secara umum dan melukai hati bangsa Palestina yang selama ini dibela.
Dilansir Republika.co.id, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, dr Sarbini Abdul Murad, juga menolak pameran foto sejarah Holocaust dan pembukaan Museum Holocaust di Indonesia, Kamis (27/1/2022). MER-C meminta kegiatan tersebut dihentikan dan museum yang dibangun Yaakov Baruch segera ditutup. MER-C meminta aktivitas serupa lainnya dilarang di Indonesia.
“Ini adalah langkah-langkah yang secara tidak langsung merupakan upaya membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ini prolog yang ingin disampaikan oleh orang-orang Yahudi minoritas bahwa ada peristiwa Holocaust menyedihkan yang pernah dialami bangsa Israel,” kata Sarbini melalui pesan tertulisnya, Jumat (28/1/2022).
Sarbini mengatakan, mereka ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat Indonesia bahwa Israel adalah bangsa yang tertindas dan menderita. Walaupun Holocaust memang ada, namun masih menjadi perdebatan sejarah mengenai jumlah orang Yahudi yang menjadi korban.
“Mereka ingin mengetuk dan membuka hati rakyat Indonesia dengan informasi-informasi semacam ini. Targetnya diharapkan ke depan rakyat Indonesia tidak akan menolak pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel,” ujarnya.
Sarbini meluruskan, bukan soal memusuhi warga Yahudi. Hal ini menyangkut paham Zionisme yang identik dengan kolonialisme dan rasialisme. Yang terjadi sekarang adalah sebaliknya, yaitu Israel tengah melakukan Holocaust terhadap rakyat Palestina. Untuk itu, MER-C berharap pemerintah Indonesia konsisten dengan dukungan dan pembelaan terhadap Palestina, yang berarti hal-hal seperti ini harus dianggap sebagai suatu aktifitas ilegal.
“Pendirian museum dan pameran foto Holocaust yang berlangsung di Minahasa melukai sejarah dan perjuangan rakyat Indonesia yang selama ini selalu bersama Palestina dan mendukung perjuangan bangsa Palestina,” ujarnya.
Sarbini mengatakan, pemerintah Indonesia jangan di satu sisi membela Palestina, namun di sisi lain membiarkan ada orang-orang yang melakukan upaya-upaya yang bertentangan dengan aspirasi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk Palestina. Pemerintah harus melarang aktifitas-aktiftas serupa di Indonesia.
Sarbini juga menyayangkan kehadiran Duta Besar Jerman untuk Indonesia pada acara tersebut. Menurutnya, tidak tepat kehadiran Duta Besar Jerman karena Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel dan rakyat Indonesia mendukung perjuangan Palestina. Jangan sampai hal-hal seperti ini mengganggu hubungan dengan rakyat Indonesia. (Aza)
Sumber: voaindonesia.com/Republika.co.id