Indonesiainside.id, Brussels – Setiap kali Uni Eropa harus membuat keputusan besar tentang migrasi, perdagangan atau hubungan luar negeri, selalu Jerman yang memimpin.
Namun, sikap Berlin tentang bagaimana menangani Rusia untuk mencegah krisis di Ukraina telah membuat sekutu-sekutunya pusing. Hal ini karena Jerman memilih menahan diri atas krisis yang terjadi di Ukraina ketika negara lainnya mengekor kebijakan Amerika.
Ketika Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa telah mengirim dukungan militer ke Ukraina, Jerman hanya menawarkan bantuan medis dan telah diejek karena janjinya untuk mengirim helm.
Jerman juga melarang Estonia memasok senjata Howitzer asal Jerman ke Ukraina.
Kepala angkatan laut Jerman Kay-Achim Schönbach, yang telah mengundurkan diri, sebelumnya meremehkan krisis ini, dan dia mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin “pantas dihormati.”
Perkembangan ini telah membuat frustrasi sekutu NATO Jerman, yang ingin mengamankan kebulatan suara untuk berurusan dengan Kremlin.
“Keamanan Eropa tidak dapat dilakukan tanpa peran utama Jerman. Pada saat ini, ketika kita melihat bagaimana mereka bertindak atas pertahanan Eropa dan NATO, kesiapan Bundeswehr, keraguan untuk menggunakan kekuatan militer, itu tidak masuk akal untuk saat ini,” kata Menteri Pertahanan Latvia, Artis Pabrik, kepada Financial Times.
Pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz bersikeras negara itu selaras dengan kebijakan Uni Eropa dan NATO terhadap Rusia, tetapi tetap pada pendiriannya, mengatakan kepada wartawan di Berlin: “Kami tidak akan memasok senjata yang mematikan.” (Nto)