Tidak diragukan lagi, ada banyak keutamaan dan limpahan nikmat bagi orang yang bersyukur. Selain menjadi perangai para Nabi, sifat syukur juga merupakan separoh iman sehingga tidak mungkin seorang muslim luput dari tabiat syukur ini.
Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sifat syukur adalah tabiat yang sangat mulia. Ia adalah salah satu dasar agama yang menjadi pondasi di mana agama dibangun. Ibnu al-Qayyim mengatakan, agama dibangun di atas dua dasar, yakni dzikir dan syukur. Allah membuktikannya dengan berfirman:
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS Al-Baqarah: 152)
As-Sa’di mengatakan, dzikir paling istimewa adalah dzikir dengan hati dan lisan. Dzikir ini menumbuhkan ma’rifat kepada Allah, kecintaan kepada-Nya, dan menghasilkan ganjaran yang banyak dari-Nya.
Dzikir merupakan puncak rasa syukur. Firman Allah, “Dan bersyukurlah kepadaku,” yaitu bersyukur terhadap semua nikmat dari Allah, niscaya Allah akan jauhkan kita dari berbagai kesulitan.
Syukur dengan hati adalah pengakuan atas kenikmatan. Syukur dengan lisan adalah dengan berdzikir dan memuji Allah. Syukur dengan anggota tubuh adalah taat kepada Allah, patuh pada perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Syukur menyebabkan kelanggengan nikmat yang telah didapatkan dan menambah nikmat yang belum didapatkan, sebagaimana firman Allah:
وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim: 7)
Ingatlah ketika Rasulullah SAW bersabda kepada Muadz:
والله إني لأحبك فلا تنسى أن تقول دبر كل صلاة اللهم أعني علي ذكرك وشكرك وحسن
“Demi Allah, aku mencintaimu. Jangan lupa untuk membaca setiap setelah shalat: Ya Allah tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan untuk menyembah-Mu dengan baik.”
Hakikat ibadah pada dasarnya ada pada rasa syukur. Seseorang yang sempurna ibadah dan ketaatannya kepada Allah didasari pada rasa syukur. Syukur atas nikmat iman, nikmat Islam, nikmat badan, dan segala sesuatu yang dia milikinya.
Sifat-sifat mulia seperti ikhlas, sabar, tawakkal, tawadhu, dan suka menolong, juga didasari rasa syukur. Seseorang bersyukur atas kondisinya sehingga ia ikhlas. Ia bersyukur atas apa pun yang dihadapi sehingga ia sabar.
Intinya, syukur adalah sumber kebahagian hidup. Semakin kita bersyukur, semakin bertambah kenikmatan yang Allah berikan. Syukur juga membuat kita berperangai lembut kepada orang lain, karena siap menerima kekurangan baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.
Begitu besarnya keutamaan bersyukur karena iman terbagi dua, setenganya syukur dan setengahnya lagi sabar.
الإيمان نصفان : نصف شكر ونصف صبر.
Ibnu mas`ud radliyallahu `anhu berkata, bahwa syukur itu setengah dari agama dan setengahnya lagi adalah sabar.
وحقيقة الشكر : فعل المأمور ، وحقيقة الصبر : ترك المحظور
Hakikat syukur adalah fi`lul ma’mur atau engerjakan yang diperintahkan oleh Allah dan menjaga Sunnah Nabi SAW. Sedangkan hakikat sabar adalah tarkul mahzhur yakni meninggalkan yang dilarang oleh syari`at Allah, tidak melanggar larangan Allah, dan tidak menyelisihi Sunnah Nabi SAW. (Uddatush shabirin wa Dakhiratusy Syakirin, Ibnul Qayyim al Jauziyah, hal. 140)
Jadi, bagi siapa yang menyifati syukur dan sabar, maka ia telah merealisaikan iman dalam kehidupannya. Bahasan selanjutnya adalah definisi syukur. Semoga bermanfaat. (Aza)