Syukur adalah sifat hamba Allah SWT yang istimewa. Karena istimewanya, tidak banyak orang yang menyandang predikit sebagai syaakir atau orang yang pandai bersyukur. Padahal, bersyukur itu adalah separoh dari iman.
Sifat syukur menjadikan seorang muslim pandai berterima kasih kepada sesama, memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah, dan mengambil manfaat darinya. Dalam setiap kejadian yang dialami, tiadalah lain kecuali kalimat yang memuji Allah keluar dari bibirnya karena rasa syukurnya. Ia tahu putusan itu dari Allah SWT dan menerimanya sebagai takdir yang ia imani sebagaimana rukun Iman yang keenam.
Syukur merupakan amalan hati yang paling utama, membuat hati ini penuh iman dan amal shaleh. Syukur tidak hanya dengan lidah, tetapi dengan anggota badan dan anggota badan. Manfaat yang diperoleh orang yang selalu bersyukur juga mendapat keselamatan dari azab Allah SWT. Dia mengikuti keteladanan dari para nabi yang mulia.
Buah syukur yang dituai orang-orang yang bersyukur di dunia dan di akhirat sangat banyak. Namun yang paling utama adalah bagian dari kesempurnaan iman dan kebaikan Islam. Syukur adalah pengakuan atas nikmat dan karunia Allah SWT, jauh dari sifat yang terus terdorong mencari lebih hingga terperosok dalam ketidakpuasan. Bahkan kerakusan.
Syukur juga menjadi alasan bagi seorang mukmin untuk memperoleh keridhaan Allah Azza wa Jalla Yang Maha Agung. Ini adalah bukti transendensi jiwa. Ia adalah mata hati yang baik, mencintai kebaikan orang lain, dan tidak iri pada orang yang diberi limpahan karunia dan diberkati. Allah SWT berfirman: “Jika Anda bersyukur, Dia (Allah SWT) akan ridha (senang) kepadamu.”
Allah SWT ridha terhadap orang yang bersyukur di mana hal itu menjadi kemaslahatan hamba-Nya sendiri. Ia mendapatkan kemenangan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan karena Allah Ta’ala mendapatkan manfaat darinya. Sebagimana firman Allah:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika engkau kafir, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan tidak meridhai hamba-hamba-Nya yang kafir, dan jika kamu bersyukur, Dia ridha kepadamu.” (QS Az-Zumar: 7)
Selamat dari Siksa Allah
Syukur adalah jalan selamat dari azab Allah. Orang yang selalu bersyukur pasti akan memperoleh keselamatan dari azab Allah SWT, tidak seperti orang munafik yang terkena siksaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung. Sebagaimana firman-Nya:
مَّا يَفْعَلُ ٱللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nisa: 147)
Marwan Hadidi bin Musa, dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an, menyebutkan, syukur artinya tunduknya hati dan pengakuannya terhadap nikmat Allah, lisan memuji Allah dan anggota badan mengerjakan ketaatan kepada Allah, serta tidak menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat. Allah mensyukuri hamba-hamba-Nya dengan memberi pahala terhadap amal-amal hamba-Nya, memaafkan kesalahannya dan menambah nikmat-Nya. Karena itu, barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberikan ganti yang lebih baik.
Allah SWT tidak akan menghukum hamba-Nya jika mau bersyukur dan beriman kepada-Nya. Dia hanya menghukum orang karena dosa-dosanya. Maka perbaiki amal perbuatan, syukuri nikmat-nikmat-Nya, dan beriman kepada-Nya secara lahir dan batin. Allah Maha Mensyukuri orang yang mau mengakui nikmat-nikmat-Nya, sehingga akan memberi pahala berlimpah kepada mereka atas amalan tersebut.
3 Macam Syukur
- Syukur hati. Syukur hatilah yang mendorong kita untuk menajamkan mata hati, mencintai kebaikan orang lain, dan tidak iri, tidak dengki, tidak hasad, tidak serakah, dan sejenisnya.
- Ucapan syukur. Syukur dalam ucapan adalah syukur yang yang terus menggerakkan bibir untuk ingat kepada-Nya atau berzikir. Ucapan syukur dengan lidah adalah mengucapkan rahmat Allah SWT. Dari Al-Numan bin Bashir Ra, Nabi berkata: “Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit maka tidak mensyukuri yang banyak, dan yang tidak mensyukuri manusia adalah tidak bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, berbicara tentang nikmat Allah (tahadduts binna’mah) adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur, jamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah hukuman (azab).
- Syukur anggota badan. Kesempurnaan tertinggi dalam bersyukur adalah bersyukurnya anggota badan kita. Itulah salah satu haikat penciptaan manusia. Menurut Al-Qurtubi, amalan ibadah fisik seperti shalat, haji, serta amal ibadah lainnya dan amal shaleh itu adalah bentuk rasa syukur.
Hakikat Syukur
Hakikat syukur adalah pengakuan atas nikmat yang diberkahi, dan digunaan dalam ketaatan kepada-Nya. Sebaliknya, kekafiran adalah penggunaan anggota badan dalam kemaksiatan. Ibn al-Qayyim rahimahullah mengatakan: Hakikat syukur dalam penghambaan adalah munculnya efek rahmat Allah pada lidah hamba-Nya dengan pujian dan pengakuan, hatinya bersaksi dan memiliki rasa cinta, dan anggota tubuhnya tunduk dan patuh.
Rasa syukur ini hanya datang dari salah satu dari dua orang, yakni:
1. Laki-laki yang tidak membedakan keadaan. Sama saja baginya, apa yang dibenci dan apa yang dicintai. Sebaliknya, orang yang membedakan keadaan adalah orang yang tidak menyukai sesuatu yang buruk dan tidak puas dengannya.
2. Laki-laki yang bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, meski sesuatu yang menimpanya buruk. Rasa syukurnya mampu menekan kemarahan yang menimpanya, menyembunyikan keluhannya, merahasiakan sakitnya, dan berkeluh kesah hanya kepada Allah SWT. Ia senantiasa bersyukur kepada Allah atas rezeki dan kesulitan serta puas atas keputusan-Nya. (Aza)