Perlu diketahui bahwa kewajiban setiap mukmin laki-laki dan perempuan adalah meyakini apa yang telah difirmankan Allah SWT dalam Kitab-Nya, atau melalui lisan Rasul-Nya, tentang semua hal yang berkaitan dengan akhirat, hisab, surga dan neraka, dan apa yang berhubungan dengan kematian dan kubur, siksaan dan kebahagiaannya, dan hal-hal ghaib lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah, kita harus percaya dan menerimanya.
Kita harus meyakini akan hal ini sebagaimana Allah Azza wa Jalla ajarkan dengan firman-Nya:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقًّا ۚ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلًا
“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?” (QS An-Nisa: 122)
Sebagaimana firman-Nya: “Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” Artinya, benarlah Allah Yang Mahaagung, di mana Firman-Nya mencapai tingkatan tertinggi dalam kebenaran, karena itulah tatkala Firman-Nya adalah benar, kabar-Nya adalah benar, maka apa pun yang ditunjukkan dari Firman dan kabar-Nya itu adalah sesuai, terkandung, dan terarah, setiap dari hal itu menjadi maksud dari Kalamullah, demikian juga kalam Rasulullah, karena beliau tidaklah mengabarkan kecuali dengan perintahNya dan beliau tidak berkata kecuali dari wahyu Allah.
Di ayat lain, Allah SWT berfirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۗ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًا
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?” (QS An-Nisa 87)
Allah SWT akan mengumpulkan manusia pada hari kiamat, yaitu hari yang tidak diragukan lagi kedatangannya dan tidak diragukan lagi bahwa pada hari itu akan terjadi pemberian balasan atas segala perbuatan. Tidak ada yang lebih benar perkataannya dari-Nya, sebab perkataan-Nya berdasarkan ilmu yang meliputi segala makhluk sehingga tidak mungkin perkataannya tidak benar.
Sementara kabar dan peringatan melalui lisan Rasulullah, tidaklah beliau mengabarkan kecuali dengan perintah-Nya dan beliau tidak berkata kecuali dari wahyu Allah. Maka apa yang dibuktikan tentangnya dalam hadits-hadits shahih, adalah wajib bagi kita meyakininya, meskipun kita tidak mengetahui kebenarannya.
Maka kita harus beriman kepada apa yang dibawanya tentang tatanan akhirat, tatanan surga dan neraka, kebahagiaan penghuni surga, siksaan penghuni neraka, dan kenyataan bahwa seorang hamba berada di dalam kubur untuk disiksa atau diberkati, dan jiwanya dikembalikan kepadanya, semua ini adalah hak yang datang dengan nash yang kuat. Sebagai seorang hamba, kita harus menerimanya, dan percaya semua yang datangnya dari Al-Qur’an atau As-Sunnah serta ijma para ulama.
Adapun apa yang berkaitan dengan pertanyaan di kubur dan keadaan orang mati, pertanyaan itu benar adanya, dan dan berita tentang Rasulullah SAW adalah benar. Jiwa orang mati akan dikembalikan kepadanya saat akan ditanya di dalam kubur.
Kehidupan orang mati dalam kubur bukan lagi kehidupan seperti di dunia, melainkan kehidupan khusus al-barzakhiyyah (barzah). Bukan jenis hidup di dunia yang butuh makan dan minum dan sebagainya, melainkan kehidupan pribadi yang dengannya pertanyaan dan jawaban masuk akal.
Saat akan ditanya dalam kubur, jiwanya kembali, baik bagi orang yang beriman maupun jika dia dari ahli neraka. Jiwa mereka dikembalikan kepadanya pada saat tanya jawab dalam kubur. Ada dua malaikat bertanya kepadanya: Siapakah Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?
Maka seorang mukmin akan menjawab: Tuhanku adalah Allah, dan Islam adalah agamaku, dan Muhammad adalah Nabiku. Beginilah tanggapan orang mukmin laki-laki dan perempuan, dan dikatakan kepadanya: “Apa pengetahuanmu tentang Muhammad SAW?” Kemudian dia menjawab: “Dia (Muhammad SAW) adalah utusan Allah, dia membawa kita petunjuk, jadi kami percaya padanya dan kami mengikutinya.”
Kemudian, dikatakan lagi kepadanya: “Kami tahu bahwa Anda adalah seorang mukmin”, dan dibukakan baginya pintu surga, maka dia datang kepadanya dari ruh dan kebahagiaannya, lalu dikatakan: “Ini adalah tempatmu sampai Allah mengutusmu kepadanya”.
Kemudian dia melihat tempat duduknya di neraka, dan dikatakan: “Ini adalah tempatmu jika kamu kafir kepada Allah, tetapi sekarang, Allah telah menyelamatkanmu darinya, dan kamu telah mencapai surga.”
Adapun orang kafir, jika ditanya tentang Tuhannya, agamanya, dan Nabinya, maka dia menjawab: “Hah, ya, saya tidak tahu. Saya mendengar orang mengatakan sesuatu, maka saya mengatakannya”, maka malaikat akan memukul dengan sebatang besi. Dia akan berseru, yang didengar oleh selain jin dan manusia. Binatang akan mendengar mereka. Kemudian dibukakan baginya pintu neraka, dan kuburnya menyempit baginya, sampai tulang rusuknya berbeda. Di atas kuburannya menjadi lubang api neraka, dan pintu neraka dibuka baginya, datang kepadanya dari racun dan siksaan, dan akan dikatakan: “Ini adalah tempat Anda sampai Allah mengirim Anda kepadanya (neraka).
Pintu surga juga dibuka untuknya, dan dia melihat tempatnya di surga, dan dikatakan kepadanya: “Ini adalah tempatmu jika Allah memberimu petunjuk.”
Dengan demikian dia tahu bahwa kuburan, entah taman dari taman surga, atau lubang dari lubang api neraka, dan siksaan dan kebahagiaan bagi jiwa dan tubuh semua di kubur, dan seterusnya di akhirat di surga atau di neraka.
Jiwa seorang mukmin akan pergi ke surga, sesuai sabda Nabi SAW: “Jiwa seorang mukmin adalah seekor burung yang tergantung di pohon surga dan memakan buahnya, dan jiwa orang kafir itu pergi ke neraka.” Maka wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan meyakini apa yang Allah SWT dan Rasul-Nya, sampaikan melalui Al-Kitab dan As-Sunnah. Wallahu a’lam. (Aza)
Sumber: Majmu’ al-Fatawa dan maqalah Syekh Ibn Baz 8/338