Indonesiainside.id, Jakarta – Fenomena tanah bergerak melanda dua desa di Tegal sehingga mengakibatkan 448 rumah rusak dan 569 jiwa terpaksa mengungsi. Dua desa tersebut yakni Desa Dermasuci Kecamatan Pangkah dan Desa Padasari Kecamatan Jatinegara. Fenomena ini sudah berlangsung sejak Jumat lalu (11/2).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal mencatat kerusakan rumah warga sebanyak 174 unit rusak berat, 189 rusak sedang, dan 85 rusak ringan. Hal itu berdasarkan data mutakhir pada Senin (15/2), pukul 19.00 WIB.
“Kerusakan rumah warga ini memicu 569 jiwa mengungsi ke fasilitas pendidikan, tenda keluarga maupun warga sekitar,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, BNPB, Abdul Muhari, dalam siaran persnya, dipantau di laman resmi BNPB, Rabu (16/2/22).
BPBD bersama dengan dinas terkait, TNI, Polri, PMI, organisasi non-pemerintah dan relawan membantu dan memberikan pelayanan kepada warga yang mengungsi. Dapur umum dioperasikan untuk penyiapan makanan dan minum warga. Di samping itu, BPBD dan dinas-dinas terkait menyiapkan MCK portabel dan mobil tangki air di sektor sanitasi.
Gerakan tanah ini juga mengakibatkan kerugian material lainnya berupa fasilitas pendidikan rusak ringan 2 unit, rusak berat 1 unit, pondok pesantren rusak berat 1 unit, kantor desa rusak ringan 1 unit dan tempat ibadah rusak ringan 3 unit.
Laporan awal yang diterima oleh Pusdalops BNPB menyebutkan gerakan tanah ini dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Jumat lalu. Hujan ini berdurasi panjang dari Jumat hingga Sabtu dini hari (12/2), pukul 01.00 WIB. Fenomena ini teramati pertama kali terjadi di Desa Dermasuci.
Wilayah yang terdampak gerakan tanah, Kecamatan Pangkah dan Jatinegara, merupakan kecamatan yang memang berpotensi terjadi fenomena tersebut. Berdasarkan kajian wilayah dengan potensi gerakan tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada Februari 2022, dua wilayah tadi berada pada kategori menengah hingga tinggi.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga dalam menghadapi bahaya gerakan tanah di saat puncak musim hujan. Kondisi tanah yang labil juga dapat memicu terjadinya gerakan tanah atau tanah longsor. Warga dapat melakukan pengecekan kondisi lingkungan sekitar untuk mengetahui potensi bahaya tersebut sejak dini. (Aza)